This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

DIA

0 komentar

Cinta tuh gitu ya, selalu datang dengan tiba-tiba, dan nggak pernah disangka. Kayak dia, yang tiba-tiba dikirim, dan tiba dengan penuh perjuangan keras demi bisa menjalani ibadah terpanjang seumur hidup.

3 tahun sendiri juga bukan waktu yang pendek. Banyak perjuangan yang aku lewati sampai aku bertemu dia. Aku bertemu dengan banyak pria diluar, tapi tidak ada satu pun dari mereka yang bisa meyakinkan aku bahwa mereka adalah "pilihan yang tepat". Dia juga pernah menjadi salah satu dari mereka yang belum bisa meyakinkan aku bahwa dia adalah orang yang tepat. Dengan kesabaran, ketelatenan, dan doa dia yang nggak pernah putus, dia berhasil meyakinkan aku bahwa "ya, kamu orang yang tepat buat saya".

Akhir 2021 menjadi awal pertemuan kami "kembali". Ya, kami pernah bertemu sebelumnya di pertengahan 2021. Namun hanya sebatas bertemu. Tidak ada yang serius di pertemuan pertama kami. Keseriusan ada di akhir 2021. Kami bercerita banyak hal, lika-liku percintaan kami di masa lalu dengan pasangan masing-masing, kehidupan sosial kami, pekerjaan kami, lingkup pertemanan kami. Sampai aku bertemu dengan sebuah lingkungan yang hangat, yang nggak pernah aku temui sebelumnya dan aku menginginkan lingkup keluarga yang seperti ini. Semuanya berkumpul, hangat, bercerita satu sama lain. Sebuah lingkungan yang membuat dia tumbuh menjadi dia yang saat ini aku kenal. Dan pertama kalinya aku bertemu dengan Ibu dan Bapak.

Awal 2022, menjadi awal cerita kami dimulai. "Will you marry me?", and I said yes. 
Aku menerima lamarannya melalui telepon di tengah malam. Sejak saat itu, aku siap menerima apapun kekurangan dan kelebihannya. 

Sejak lamaran itu, perjalanan kami dimulai. Banyak rintangan yang harus kami lalui. Di hari menuju lamaran resmi kami, kami dihadang oleh permasalahan budaya di keluarga kami. Kami paham, menyatukan dua keluarga memang tidak mudah. Banyak pro dan kontra yang terjadi di keluarga kami masing-masing. Dengan adanya masalah ini, tidak membuat kami menyerah. Kami terus maju dan berjuang bersama apapun yang terjadi. Selama satu bulan kami bergelut dengan masalah keluarga kami, akhirnya kami menemukan titik terang dan lamaran kami berjalan dengan lancar.

Menuju ke hari H pernikahan kami, perjalanan kami juga tidak mulus. Rintangan yang kami lalui lebih berat. Awalnya aku takut dia menyerah. Namun, dia berhasil menguatkan aku dan keluargaku. Dia berusaha sekuat tenaga meyakinkan aku dan keluarga bahwa semuanya akan baik-baik saja. Aku dan dia paham kalau rintangan kami akan terus bergulir sampai di hari H pernikahan kami. Satu hal yang kami yakin, kami harus terus menguatkan diri satu sama lain, berdoa, berpasrah, dan yakin semuanya akan baik-baik saja.

Sampai di awal 2023, hari bahagia kami tiba. Percaya tidak percaya, kami sampai di hari itu. Beberapa hari menjelang hari bahagia kami, banyak kekhawatiran yang timbul di pikiranku. Banyak ketakutan yang muncul di pikiranku tentang dia. Seperti biasa, dia selalu bilang aku harus tenang dan semuanya akan baik-baik aja. Di hari bahagia kami, aku tidak bisa melihat dia, karena kami sedang menjalani masa pingitan. Kami dilarang bertemu satu sama lain, sampai ijab qabul terucap.

Di lokasi akad nikah berlangsung, hanya doa yang terucap di bibir. Dari kejauhan aku melihat dia, didampingi dengan beberapa orang keluarganya. Terlihat Ibu dan Bapak disana yang mendampinginya. Aku melihatnya masuk ke dalam gedung pertemuan dimana ruangan akad nikah berlangsung. Aku menunggu sampai ijab qabul terucap.

Dan..... setelah hampir 1 jam aku menunggu prosesi ijab qabul berlangsung, akhirnya prosesi berhasil terlaksana. Mama dan Ibu memanggilku dan menggandengku berjalan bertemu dengan suamiku. Ya, aku melihatnya berdiri tegap di kejauhan. Makin dekat aku berjalan, dia rapuh. Dia menangis dan aku menghampirinya dengan senyum. Aku menyambut tangannya dan mencium tangannya, sembari dia berdoa di keningku. 

Percaya nggak percaya, aku dan dia berhasil melewati semua lika-liku yang muncul selama satu tahun di perjalanan kami. Kami menikah tepat di satu tahun dia melamar melalui telepon. Satu tahun sebelumnya, di hari yang sama, dia masih menjadi seorang pria yang memberanikan diri untuk melamarku. Satu tahun kemudian, kami sah menjadi suami-istri.

Bersyukur sekali aku punya suami seperti dia. Dia menjadi orang paling siaga di kehidupanku. Dia memperhatikan detail sekecil apapun yang aku lakukan. Kemanapun aku pergi dia selalu menjaga dan nggak pernah mau jauh dari aku. Ketika kami kesal satu sama lain, dia selalu berusaha mencairkan suasana dan mencari cara supaya aku nggak marah atau nggak kesal lagi sama dia.

Teruntuk suamiku.....
Terimakasih ya sudah hadir di hidup aku. Terimakasih atas perjuangan yang sudah dilakukan dan jangan berhenti buat berjuang, karena masih banyak yang harus kita perjuangkan pasca menikah. Aku sangat sangat bersyukur bisa bertemu seseorang kayak kamu, yang mungkin diluaran sana 1:1000 orang kayak kamu. Bersyukur banget kamu bisa sesabar ini sama aku yang suka moodswing nggak jelas, bisa menerima kekuranganku. Mungkin kalo dibanding dengan wanita diluaran, wanita diluaran banyak yang lebih baik dari aku. Tapi kamu masih tetap bertahan sama aku, dan mau berjuang membimbing aku supaya aku bisa jadi lebih baik dan jadi orang yang lebih bermanfaat buat sekitar. Semangat sayangku, kita berjuang bareng-bareng ya.

ME FIRST!

0 komentar

"And I won't be confined to your point of view..."

Ada salah satu temen pernah bilang "kamu cuma butuh orang yang bisa sejalan sama pemikiranmu, dan gak semua laki-laki bisa dan terima itu". 

Ya ada benernya sih haha. Mungkin belajar dari yang sebelum-sebelumnya dan akhirnya aku sampe punya pikiran "all the boys are jerk". Tapi aku belajar untuk memandirikan diriku sendiri ya semenjak masih sama dia yang lama. Dia brengsek, emang, tapi ada sisi positif dari dia dan keluarganya yang bisa aku ambil, terlebih sama kakak perempuannya. Being independent, it's not bad. She's married, she's so independent. Although she married in 34 years old. But, she got a man who really knows her. Beautiful!

Setelah putus, depresi banget sih. Tapi depresinya jadi bikin aku lebih kuat. Aku jadi lebih sering pergi sendiri, kemana-mana sendiri, tapi ini lebih baik. Setelah 5 tahun, akhirnya aku punya waktu buat diriku sendiri. Aku bisa pergi kemanapun aku mau tanpa harus ijin dan dilarang pergi kesana kesini, aku bisa ngelakuin apapun yang aku mau tanpa harus dilarang. Aku mau mencoba kenal lagi sama diriku sendiri. Alhamdulillah orangtuaku mengerti posisiku saat itu, dan sampai hari ini cuma ngasih advice aja. Karena aku lebih tau dengan diriku sendiri, aku tau sampai mana batas diriku buat melakukan sesuatu.

Me time.
Ya, aku cuma butuh me time yang gatau me time ini sampai kapan. The best me time adalah ketika aku isolasi mandiri di kos, waktu aku terkonfirmasi positif covid untuk pertama kali. 2 minggu di kos, hidup sendiri, itu hal terbaik yang aku dapet sih. Mama sama papa cuma nengok sesekali sama bawain makan, selebihnya itu hidupku dan aku mengatur hidupku sendiri. Jauh lebih bahagia sih, dan ketika ada hal negatif yang mungkin bikin aku down, aku singkirin. Salah satunya adalah chat whatsapp hahhaa. Chat whatsapp itu bisa mendukung ketika lawan bicaranya satu circle, tapi bisa jadi toxic dan akhirnya mau gamau chatnya harus di delete. Yaa, itu salah satu terapi yang aku terapin sejak desember 2020 kemarin hahaha.

Pasangan?
Mama tuh sempet tanya, "kamu mau cari orang yang kayak gimana?"
Aku? Nggak tau aku harus cari orang seperti apa, hahaha.
Kalo aku cari harus yang lebih baik dari sebelumnya, nanti dikira ketinggian ekspektasinya dan berujung pilih-pilih. Kalo aku mikir karir terus, disaat karirku nanti tinggi, cowok juga jadi takut, karena ekspektasiku pasti lebih. Tapi, masalahnya adalah aku punya permasalahan sosial dengan cowok yang mana aku sendiri nggak bisa berdamai dengan pikiran cowok, dan aku masih megang prinsip hidupku yang sangat realistis. 

Aku masih nggak siap ketika nanti punya cowok, akhirnya nanti aku ada yang memperhatikan tapi malah aku nggak nyaman dengan perhatiannya dia, karena aku punya prinsip hidup sendiri, yang mungkin dia pun nggak sepemikiran sama aku. Ya, karena belum tentu semua cowok terima, karena itulah yang akan dilakukan seorang cowok ketika deketin cewek.

Sekian untuk hari ini,
Selamat istirahat semuanya :)

This is "Quarter Life Crisis"

0 komentar

Finally, aku sampai di seperempat perjalanan hidup
Tapi semuanya belum selesai. My life still must go on.

Sampai disini, aku merasa masih banyak yang harus dikejar. Yaa, I know, manusia nggak akan ada yang pernah puas sama segala pencapaiannya, termasuk aku. Apalagi sebagai anak pertama perempuan di keluarga, jujur berat dan banyak beban yang harus dipikir. Kenapa?

Di mata keluarga, mungkin aku sudah berhasil mendapatkan apa yang aku mau, walaupun emang sebelumnya sempet dianggap remeh. Lulus SMP, dapet sekolah di SMA swasta yang biasa, lulus SMA malah keterima di Universitas Swasta, semuanya bener-bener dianggap sebelah mata sama sebagian keluarga. Tapi semuanya berhasil dibuktikan perlahan.

Nggak masuk SMA Negeri, nggak bikin aku patah semangat sih. Aku masuk di SMA swasta yang biasa banget, tapi mama sama papa lihat sekolah itu punya potensi. Pas lebaran denger omongan keluarga aku sih masa bodoh banget, aku juga belum menjalani prosesnya kan waktu itu, jadi yaa biarin aja.

Sebelum mulai proses belajar mengajar, sempet ada pertemuan antara orangtua siswa sama kepala sekolah. Setelah dari pertemuan itu, mama sempet bilang, kejar apa yang kamu mau, cari kemampuanmu, kamu yang nentukan mau jadi apa nanti. Perjalanannya nggak gampang. Mama sama papa bener-bener ngelepas aku perlahan dulu, dari yang anak manja, apa-apa disediakan dan serba di protect banget, waktu SMA aku bener-bener sedikit agak bebas. 

Mama sama papa mulai percaya sih aku pengen apa. Dulu aku SMA kepengen ikut band, cuma karena jam latihannya itu malem (karena sekolahku dulu masuknya siang sampai maghrib), akhirnya mama sama papa nggak mengijinkan, dan jarak tempuh dari rumah ke sekolah juga jauh. Untungnya aku nggak stuck disitu, aku masih punya pilihan lain, di jurnalistik sama broadcasting.

Selama 3 tahun di SMA, aku mulai menemukan apa yang aku mau. Menulis yang awalnya cuma hobi, akhirnya jadi tersalurkan dengan aku ikut jurnalistik, bisa keliling kemana-mana, join event-event keren bareng orang-orang hebat, dapet ilmu yang keren banget menurutku pas itu, walaupun tugas sekolah itu selalu ada terus dan bikin stress hahaa, tapi asik dan menyenangkan.

Lulus SMA, mama sama papa tuh berusaha masukkin aku ke kampus negeri dengan jurusan teknik. Karena mama sama papa basicnya orang teknik, jadi pengennya ada anak-anaknya yang nurun. Tapi, aku nggak hahaa. Semenjak habis lulus SMA, kepengennya masuk Ilmu Komunikasi. No reason, no debat. Prinsipku, masuk ke kampus manapun pokoknya Ilmu Komunikasi. Dan dapet rejeki, karena mama dosen, dan disana jurusan Ilmu Komunikasi ada, langsung deh nyelesaikan administrasi tanpa ribet hahaha.

Lagi-lagi ketika kumpul lebaran, ditanyain lagi. Kok bisa masuk kampus swasta? Kenapa nggak negeri? Ya, belum rejeki juga gimana haha. Nggak, ding. Aku nggak terlalu mikirin harus kuliah dimana, di jurusan mana, dan aku lulus seperti apa. Nggak. Yang penting punya skill. Entah skill itu datang dari dalam atau luar jurusanku, nggak masalah. Yang penting aku bisa dulu, pede dulu sama yang udah dipunya sama diri sendiri. Alhamdulillah 2 bulan bertahan jadi mahasiswi di kampus swasta, akhirnya kampusku jadi negeri juga, yeaayyy.

Dulu kuliah punya target 2018 awal, kuliah udah harus kelar. Kuliah kayak kerja bener-bener banting tulang haha. Belajar juga nggak yang banget-banget dulu, pokoknya tugas kelar, catatan lengkap, aman semuanya. Semakin naik semesternya, aku semakin ketantang, sih. Di tiap semester ada aja praktiknya, dan serunya gak terlalu banyak kegiatan di kelas, jadi banyak keluar, bisa jalan kesana kesini, liputan sana liputan sini. 

Masuk semester akhir, di keluarga, aku cukup bersaing sengit sih sama kakak sepupuku, karena angkatan kuliahnya cuma beda setahun kali ya hahaa. Tapi kita beda mind set. Mind set-ku dulu adalah lulus kuliah, kerja, cari duit, nabung, dan karena waktu itu ada pasangan, rencananya nikah dan udah wedding plan. Nggak jadi, hahaha!

Lebaran di 2017, udah sengit tuh. Siapa nih cucunya yangti yang bakalan sold out duluan dari bangku pendidikan. Posisinya kita head-to-head tuh, sama-sama di semester akhir dan masih pada on progress semua, tapi belum ada hasil, masih pada nol. Aku aja baru kelar magang. But, finally di Maret 2018, cucu tercantik dari keluarga Nurhasan menyelesaikan pendidikannya lebih dulu, yeaayyy hahhaa. I'm winning!

Setelah jadi Sarjana, aku sempet ngerasain namanya nganggur 5 bulanan, belum dapet kerja. Masih coba-coba ngelamar sana ngelamar sini. Baru 1-2 bulan lulus, pilihan pekerjaan yang aku pilih tuh masih di zona aman, semuanya sesuai jurusan. Tapi, kalo aku pikir-pikir, nyari yang sejurusan sama aja masih betah di zona nyaman, kapan keluarnya? Akhirnya, aku ngubah mindset, kerja apapun, pokoknya sesuai skill, dan nyaman.

Juli 2018, setelah wisuda, aku ngelamar pekerjaan secara iseng-iseng dan itu kedua kalinya aku ngelamar di perusahaan yang sama. Akibat awalnya coba-coba, setelah ikut tes awal, lolos dong ke tahap berikutnya, dan langsung interview sama HRD-nya. Aku pikir setelah interview, bakalan yaudah, gitu. Eh, besoknya dapet kabar buat dateng ke tahap interview user. Dan aku masih inget banget, waktu interview user itu aku beneran kayak bocah banget hahaha. Nggak ada dewasa-dewasanya sekali karena bingung, dan interviewernya (dan setelah itu jadi store managerku), becanda terus selama interview hahaha. Tapi jujur emang boring sih, aku nungguin interview user dari jam 12 siang, baru kepanggil setengah 6 sore.

Dapet kerja mau setahun, aku mulai ada planning buat ke depan. Join dari Agustus 2018, aku memutuskan resign di Oktober 2019. Banyak banget yang aku dapet selama 1 tahun join. Aku jadi belajar gimana susahnya kerja, jadi tau orang kerja itu gimana, dan alhamdulillah di sekelilingku dapet orang-orang yang baik, dan dijauhkan dari yang suka toxic hahaha. Mulai dari manager, partner kerja di CS, temen-temen di team support semuanya alhamdulillah baik-baik dan banyak wejangan yang aku dapet (mungkin karena aku yang baru pertama kali kerja, dan di CS aku yang paling kecil sendiri hahaha). 

Lulus dari pekerjaan sebelumnya, mungkin Allah masih belum kasih aku jalan buat kerja di Ibukota dan ngelanjutin studi magister. Tapi Allah ngasih jalan yang lebih baik, kalo disuruh kerja lebih keras lagi. Desember 2019, aku ada plan liburan tahun baru nyusulin adik sepupu aku di Jakarta. Plan itu udah ada dari setelah aku resign (karena mama sama papa tau aku lagi depresi berkepanjangan waktu itu), tapi plan itu jadi berantakan karena aku keterima kerja lagi, yeaaayy. Dan posisi berangkat ke Jakarta tuh bener-bener seneng, statusnya udah gak jadi pengangguran lagi, udah punya kerjaan 😁. Tapi sayangnya, baru dateng Sabtu pagi, Minggu malem aku harus pulang sendirian ke Surabaya karena aku dapet last year training. Tahun baruan? Tetep jalan dong. Pulang kerja langsung ngejar flight ke Jakarta, tahun baruan disana. Ini first time aku liburan dan naik pesawat sendirian hahaa, tapi seneng sih. Bisa me time. Tapi disana berujung bingung, karena besoknya nggak bisa pulang. Tahun baru 2020, Jakarta kena musibah banjir, dan seluruh penerbangan dan transportasi darat tanggal 1 Januari 2020 ditutup, dan dialihkan besoknya.

Di tahun 2020, dibuka dengan aku yang baru dan pekerjaan yang baru. Semua yang baru bener-bener dimulai di 2020. Kerjaan baru, temen-temen baru, termasuk problem percintaan yang baru tapi buruk hahaha. Baru masuk ngerasain euforianya ngeladenin 700 orang dalam sehari bareng orang-orang hebat di kanan dan kiri kursiku waktu itu. Belajar cuma 2 hari, besoknya terjun liat ratusan "zombie". 

Baru 3 bulan ngerasain euforia yang rame banget, bulan April 2020 seluruh sektor perusahaan lumpuh tiba-tiba karena pandemi, termasuk kantorku. Biasanya kantor ini selalu rame banget sama ratusan orang, akhirnya tinggal jadi segelintir orang yang bisa masuk kantor. Aktivitas kegiatan di kantor pun jadi terbatas, mulai diberlakukan Work From Home (WFH) dan Work From Office (WFO) dengan jumlah kapasitas WFO 25%, 50%, sampai 80%. Dan itu terjadi sampai hari ini.

Salah satu seniorku pernah bilang, angkatanku termasuk angkatan yang beruntung. Baru masuk, dapet 3 bulan ngerasain ramenya kantor, barbarnya orang, langsung tiba-tiba dapet WFH yang mana karena kita kebanyakan pasukan, kita itu sampe bener-bener ngemis kerjaan. Ada temen dapet kerjaan banyak, kita selalu minta bagi-bagi, sharing ilmu bareng, belajar bareng. Berawal dari bagi-bagi data, mulai belajar study case satu persatu masalah administrasi. 

Hampir 2 tahun di tempat kerja yang sekarang, alhamdulillah aku dapet temen-temen yang baik lagi. Ya, walaupun sempet ada konflik (namanya pertemanan nggak ada yang mulus hahaha), mulai dari iri-irian, ketidakseimbangan sosial, cekcok karena masalah hati, tapi nggak ada yang bisa sedeket itu sama mereka. Walaupun ada masalah kita tetep baik-baik aja. Masalah yang muncul tetap masalah pekerjaan, diluar pekerjaan kita semua baik lagi.

Menginjak seperempat abad, udah banyak pencapaian yang aku dapat dan menurutku ini belum apa-apa hehe. Mungkin keluarga menganggap, udah kerja hampir 3 tahun, anak perempuan, belum nikah, pacar nggak ada, mau ngejar apa lagi? Hahahaha. Masih banyak sebenernya yang pengen aku kejar. Pengen kuliah S-2, kerja beberapa tahun pengen punya kendaraan sendiri, pengen punya rumah sendiri, pengen nikah iyaa, tapi nyari jodohnya sambil jalan haha.

Mama pernah bilang sama aku, karena keseringan lihat beberapa temen tuh udah sukses dan berkeluarga semua. Mama suka nanya, kapan nikah, dan aku selalu bilang nanti ada waktunya, walaupun kadang suka eneg kalo lihat yang uwuu (apalagi malem minggu liatnya wkwkw). Mesti mama bilang kudu ditarget. Umur sekian mau gimana, mau jadi apa, mau kemana jalannya. Malah mungkin mama sama papa sih yang lebih worried. Kalo aku sebenernya gak terlalu mikirin, kalopun sudah ada orangnya dan aku oke, ya gapapa. Tapi kalo dapetnya masih harus kerja lagi, yaa apa mau dikata haha. Yang penting udah usaha juga kan, paling ngga kalo masih disuruh kerja keras lagi, bisa belajar buat menata diri sendiri dulu buat ngehadapi orang baru.

Stay safe everyone.......

IT'S OVER!! WELCOME 2021!!

0 komentar

2020 it’s over, but it was really great!

Banyak hal hebat yang terjadi di 2020 buat aku dan banyak orang, termasuk orang-orang di sekitarku juga. Banyak perubahan yang signifikan di 2020. Hal yang nggak biasa kita lakukan jadi biasa pada akhirnya karena sebuah kondisi yang memaksa kita mau nggak mau “harus”.

Aku mau sharing perjalananku dari awal 2020 sampai detik ini yang menurutku banyak banget pelajaran yang bisa aku ambil satu tahun ini. Dulu tuh waktu cari kerja pertama kali, aku kepengen kerja yang normal, dalam arti jam kerjanya office hour dan libur di weekend dan hari libur nasional. Ternyata, nasib berkata lain aku harus kerja shifting dan weekend gak bisa libur. Jangankan weekend gak bisa libur, mau libur weekday aja gak bisa dinikmatin karena pressure di kantor lebih besar. Bawaannya kalo libur deg-degan, stress, gak bisa tenang juga. Tapi semua itu jadi pelajaran buat aku kalo kerja itu nggak selalu mulus.

Akhirnya, alhamdulillah, akhir bulan Desember 2019 aku keterima kerja lagi di BPJS Kesehatan. Seneng banget waktu itu, karena satu impianku tercapai udahan. Waktu keterima kemarin masih nggak percaya, beneran nggak sih ini hahaha. Dapet pengumumannya juga lucu, aku lagi ngurus kepesertaan BPJS Kesehatanku karena nonaktif dari tempat kerja sebelumnya. Selesai dataku diproses sama mbak-mbak frontliner (yang sekarang jadi seniorku hahaha), dapet telepon deh dari BPJS Kesehatan kalau besoknya aku disuruh kumpul buat pembekalan. Nggak dapet ucapan selamat sih, tapi bingung, ngapain ya, apa aku keterima. Dan surpriseeee, besoknya datang ke kantor ternyata aku diterima hahaha.

Nggak pernah kepikir sih, kalau aku bakal kerja lagi di bidang pelayanan. Diluar ekspektasi juga. Dulu sempet pengen masuk di media, tapi pertimbangan orangtua lain, yang pertama aku pasti jarang pulang, udah pasti banget karena kerja di media bener-bener menyita banyak waktu. Apalagi kalo udah nikah, pasti susah banget. Dan sekarang aku ngerasain dampaknya media di pekerjaanku sih hahaha. Stress sendiri kadang karena orang lebih percaya media daripada sumber aslinya sendiri hahaha, tapi yaudahlah itu pilihan orang. Sempet kepengen lanjut studi juga terus ngelamar jadi dosen kayak mama, tapi kuliah lagi juga butuh biaya yang nggak sedikit hahaha.

Tapi pekerjaanku kali ini agak berbeda dari sebelumnya. Sebenernya secara basic sama, beberapa ilmu yang udah aku dapet di pekerjaan sebelumnya, aku bawa dan aku terapkan lagi di pekerjaan sekarang. Apa yang baik aku bawa aku jadiin satu kebiasaan baru disini. Perbedaannya disini nggak bisa seluwes waktu di kerjaan sebelumnya sih haha. Gerak gerik tubuh kita diawasi dan semuanya dinilai, mulai dari sikap duduk sampai sikap kita ngomong sama peserta. Tingkat keluwesannya beda sih, kalo di sebelumnya bisa lebih semi formal, kalo yang sekarang bener-bener formal.

Selain habit yang beda, disini aku ketemu sama 8 orang lucu nan unik hahaha. Ketemu pertama kali sama mereka itu pada diem-diem semua kita. Dan baru bener-bener cair waktu hari pertama training di penghujung tahun 2019, karena tuker-tukeran ilmu buat persiapan awal tahun kita terjun langsung di lapangan. Seiring berjalannya waktu, kita jadi makin nyambung dan mulai ngerasain suka duka bareng-bareng selama hampir 1 bulan kerja bareng.

Cekcok sama senior sebenernya nggak ada, tapi kita ngerasain hal janggal bersama-sama yang bikin kita semua saling rumpik tiap kantor tutup dan orang-orang udah pada balik semua. Kita curhat, ngeluarin unek-unek tiap orang, sampai akhirnya terbentuklah grup Indomie Seleraku hahaha. Grup itu dibuat nggak cuma buat sambat dan ngeluarin unek-unek aja sih, tapi alhamdulillah bermanfaat buat dipake kerja juga dan sharing ilmu baru disitu.

Satu tahun sama mereka semua, aku serasa kayak punya keluarga baru. Dan jujur aku nggak pernah ngerasa sedeket itu sama rekan kerja dengan jumlah sebanyak ini. Kalo ada satu yang sambat, sambatan itu jadi masalah kita bersama hahaha. Semuanya langsung muncul ikut berpartisipasi dalam sambatan. Grup ini terdiri dari 9 orang, ada 7 orang cewek (6 cewek dari frontliner, 1 cewek dari telecollecting) dan 2 orang cowok dari frontliner. Tapi cowok-cowok ini nggak pernah sungkan dan nggak ada sungkan-sungkannya buat ikutan rumpik sama kita hahaha. Terbaik emang mereka-mereka ini hahaha.


2020 banyak banget kejadian yang udah terjadi, apalagi semenjak pandemi gini. Sebuah kebiasaan baru mau nggak mau bikin kita harus ngelakuin ini demi bertahan hidup. Kemana-mana pake masker, cuci tangan, bawa hand sanitizer. Dan 2020, ngajarin aku banyak hal hebat di masa pandemi gini. Aku terkonfirmasi positif cukup jadi pelajaran sih buat aku. Mungkin aku yang kurang hati-hati atau masih belum taat protokol kesehatan dengan benar. Setelah sembuh, aku bener-bener aware banget sekarang. Walaupun masih bandel keluar ngemall, tapi nggak lupa sama protokol kesehatan dan tas aku jadi ada barang tambahan yang wajib buat dibawa.

Sedihnya banget sih waktu terkonfirmasi, nggak bisa ketemu keluarga, ketemu temen-temen nggak bisa, kerjaan jadi terbatas. Dan aku jadi agak takut sekarang kalo ketemu kerumunan orang. Takutnya itu kayak mikir, orang-orang ini sehat gak ya, imunnya bagus gak ya, mengingat aku terkonfirmasi positif tanpa gejala apapun.

Tapi apapun itu, di tahun yang baru ini semoga keadaan kita semua bisa jadi lebih baik. Banyak hikmah yang bisa kita ambil di tahun 2020 dan bisa dijadikan pelajaran di tahun 2021, supaya bisa jadi lebih baik lagi. Happy new year gaiisss. Semoga pandemi ini segera berakhir, orang-orang dapat beraktivitas dengan normal lagi, dan sehat kembali semuanya.

Happy new year, happy holiday, happy new everything and stay safe!!

How to fight this?

0 komentar

Okeeiii, kali ini aku nggak bisa tidur, dan tiba-tiba kepikiran satu hal yang kayaknya seru aku share disini. Penting nggak penting sih sebenernya, tapi beberapa hari ini terjadi di beberapa teman-teman aku, setelah aku sembuh dari Covid-19. 

Guys, Covid-19 masih dimana-mana yaa. Yaa, walaupun aku juga kadang bandel masih suka keluar-keluar, shopping, jalan-jalan kesana sini gak jelas hahaha, tapi tetep protokol kesehatan nomor satu. Jujur, semenjak aku dinyatakan sembuh (setelah 2 kali tes PCR dan dinyatakan negatif), rasa takut sebenernya nggak ada. Tapi protokol kesehatanku lebih ketat. Keseharian berubah drastis. Yang biasanya mau tidur tinggal tidur, sekarang tuh aku lebih suka gosokkin minyak kayu putih ke badan sebelum tidur. Terus bikin teh hangat, kadang suka aku campur pakai minyak kayu putih 2 tetes gitu. Kebiasaan baru yang lain adalah mengurangi minuman dingin haha, sebenernya masih suka minum dingin, ngopi, tapi yaa udah mulai dibatasi karena aku sadar dengan diriku sendiri hahaha.

Jadi, awal bulan ini tepatnya aku dapat kabar dari salah satu teman di tempat kerja lamaku (di salah satu retail store furniture), dia cerita adiknya positif Covid-19 dan bergejala. Dia bilang adiknya anosmia (hilang indra penciuman dan indra perasa), dan sakit tenggorokan. Aku sempet tanya, udah swab atau belum, katanya sudah dan hasilnya positif. Dia minta saran tentang penyembuhan positif Covid-19, terus apa aja yang harus dilakuin, proses penyembuhannya berapa hari.

Terus, selang beberapa hari, aku dapet kabar juga dari salah seorang teman SMA, temen mainku juga karena kemana-mana sama aku hahaha, dia cerita kalo kakaknya terkonfirmasi positif dan dia serumah sama kakaknya dan orangtuanya. Btw, kakaknya nakes (tenaga kesehatan) dari salah satu rumah sakit di Surabaya. Dia sempet panik dan aku bilang "jangan panik", aku suruh dia buat swab sekeluarga, dan sama dia juga minta saran tentang penyembuhan, apa aja yang harus dilakukan, prosesnya berapa hari penyembuhannya.

Guys, ini aku sharing yaa, aku bukan dokter atau apa tapi ini cuma berdasarkan pengalaman dari orang-orang yang sempat dinyatakan positif dan beberapa artikel yang sempet aku baca. Penyembuhan pasien Covid-19, tiap orang itu berbeda-beda. Tergantung imun tubuh. Ada yang sembuhnya cepet, ada yang sembuhnya lama bahkan sampai berbulan-bulan. Itu ada guys!!!

Bagaimana penyembuhanku?? Aku isolasi mandiri waktu itu (ada di postinganku sebelum ini yaa). Jadi aku tinggal sendiri di kosnya nenek. Amunisiku selama isolasi mandiri, yang pasti vitamin, terus telur rebus tuh sehari aku harus habis 2, gimana caranya pokoknya harus makan telur rebus 2 butir. Jujur, aku gak seberapa doyan telur rebus, tapi demi sembuh aku harus makan hahaha. Habis itu buah-buahan, kayak jeruk, apel, pisang, itu bagus sih buat pencegahan dan penyembuhan. Nyemil yang banyak tapi cemilannya jangan yang memicu sakit tenggorokan, batuk, atau pilek yaa. Kita flu aja udah dicurigai Covid-19 lho guys, serem kan yaa hmm. Terus aku minum jamu item, itu rasanya pahit banget jamunya hahaha. Pahitnya itu pahit yang bisa dirasain sih, tapi berefek samping hahaha. Terus minyak kayu putih itu aku minum tapi dicampur teh hangat yaa sama aku gosokin di leher sama punggung dan tiap malam mau tidur aku hirup sehabis kumur air garam. Dan jangan lupa olahraga terus berjemur supaya virusnya hilang hahaha.

Berapa lama proses sembuhku? Aku isolasi mandiri selama 17 hari dan tidak ada gejala sama sekali sehat-sehat aja dari terkonfirmasi. Kok cepet? Inget yaa guys, proses penyembuhan tiap orang beda-beda. Beberapa temen aku sempet bertanya-tanya aku kenapa kok bisa cepet. Guys, ada yang lebih cepet daripada aku hahaha. 

Dapet apa aja selama isolasi mandiri? Okeii, aku sempet dapet pertanyaan ini. Sebenernya Covid-19 ini masuk kategori bencana nasional, dan penanggungannya pun udah dialihkan ke dinas yang berwenang. Menurutku make sense sih, aku isolasi mandiri ya gak dapet apa-apa. Penyembuhan secara mandiri dan diatasi sendiri dengan segala keterbatasanku haha. Mungkin yang di RS Darurat bakalan dapet fasilitas, dan disana tuh mereka di swab 5 hari sekali sampai hasilnya bener-bener negatif. Tapi aku juga nggak begitu paham sih buat prosesnya disana gimana (karena aku tidak mengalaminya guys).

Jadi gitu kenapa aku bisa sembuh dan bagaimana penanganannya. Kalo aku jadi orang awam dan gak pernah kena Covid-19, mungkin aku bakal berpikiran sama kayak orang-orang, "halah, covid cuma demam-demam biasa doang, gak ada yang dirasain". Tapi, semua itu bakalan jadi hectic, jadi ribet, kalo ada salah satu dari anggota keluarga kita atau diri kita sendiri mungkin yang kena. Orang pasti bakal panik. Bingung, takut. 

Waktu aku kena kemarin, jujur sepi banget aku hahaha. Di kos segede itu aku sendirian, di kamar cuma cekikikan sendiri nonton film, dengerin lagu, video call sama temen-temen kantor, temen-temen kuliah, sedih banget gak bisa ketemu. Sekedar ketemu orangtua aja susah dan aku cukup nyusahin mereka sih. Jujur ya, mama papaku tuh sering banget ke kos cuma nganterin makanan. Papa tuh tiap habis maghrib pasti telepon cuma nanyain "mau ditemenin di kamar bawah?" (kebetulan kamar yg aku tempatin itu ada connecting door nya jadi berasa rumah sendiri hahaha), dan aku pasti bilang gamau karena takut nularin. Mama juga ke kos nganterin makanan doang, dan aku mesti bilang aku makan sendiri. Tapi mama tuh pengen nemenin saking karena gak bisanya deket-deket sama aku. Jadi biasanya aku makan di kamar, mama nemenin sambil ngerjakan tugas di kamar bawah. Aku selesai makan mama baru pulang, kadang kalo mama masuk kamarku aja aku udah teriak-teriak dan ngomel hahaha. 

Tetep hati-hati yaa guys diluar sana. Tidak ada larangan buat mau kemana-mana, tapi diusahakan protokol kesehatannya tetep dijaga. Stay safe!!

STAY SAFE

0 komentar

Hmmm okay, kayaknya corona juga mendorong aku buat nulis lagi hahaha

Masih suasana pandemi...

Beberapa hari lalu aku sempet nulis postingan tentang salah satu temenku yang terkonfirmasi positif, dan jujur buat aku hancur, sedih banget rasanya, gak ngebayangin aja gitu, gila yaa virus ini cepet banget penyebarannya hmm. Kita tes swab kemarin barengan (karena kolektif). Sebenernya penting sih buat dilakuin pemeriksaan rutin kayak gitu, supaya kita bisa jadi lebih aware sama diri kita sendiri disamping pekerjaan kita yang sebenernya cukup beresiko menurutku. Jadi kita bisa wanti-wanti hehehe.

Sehari kemudian, di sore hari...

I got it! Aku terkonfirmasi positif. Shock? Banget!! Shock banget pas itu. Pas tau hasilnya bener-bener bingung, takut sendiri, nggak tau harus bilang gimana sama keluarga. Bilang ke mama aja pelan-pelan banget. Takut mama kaget atau gimana (karena posisi lagi di rumah cuma berdua doang). Waktu mama tau, mama ya pasrah juga, nggak tau mau ngapain. Aku sendiri juga udah nangis di kamar, nggak tau harus apa. Handphone udah bolak balik bunyi, banyak banget chat masuk dan beberapa temen telepon. Pas angkat telepon pun juga bingung, pikiran masih ngambang. 

Habis sholat Isya, aku baru keluar kamar. Pikiranku baru tenang dan kebetulan papa sama adik udah pulang. Orang kantor udah ngasih beberapa pencerahan yang bikin aku sempet mikir sejenak di kamar hahaha. Aku nggak mungkin berdiam diri tinggal di rumah karena aku merasa aku cukup berbahaya disini. Aku nggak mau orangtua sama adikku jadi korban juga, jadi mending aku yang mundur, ngalah buat sementara waktu. Aku ijin sama papa mama buat tinggal sementara di kos (jadi, nenek punya usaha kos-kosan dan kebetulan anak kosnya lagi pada pulkam, jadi kosong haha). Mama agak sedikit keberatan sih, tapi ini buat kebaikan bersama. Malam itu juga, aku packing, aku beresin barang-barang yang mau aku bawa, aku pindah malam itu juga.

Sampai di kos, mulai deh tata2 hahaha, berasa kamar sendiri udahan. Lucunya, aku langsung seketika lupa kalo aku sebelumnya habis nangis sesenggukan di rumah. Tau mau pindah ke kos senengnya ampun kayak mau liburan hahaha. Aku memutuskan buat isolasi mandiri di rumah, karena menurutku lebih safety. Eh, tapi bukan berarti isolasi di rumah sakit juga nggak safety ya. No!! Salah banget!! Dua-duanya sangat membantu buat penyembuhan. Sebenernya, disini kan juga udah ada Rumah Sakit Darurat khusus penanganan Covid-19, tapi aku nggak mau kesana haha. Pertama adalah aku susah beradaptasi orangnya jadi gampang banget ngalami yang namanya culture shock. Kedua, agak jauh sih dari rumah takut aku kepikiran sama orang rumah juga. Jadi aku memilih isolasi mandiri di kos nenek yang emang deket banget sama rumah, dan aku juga bisa kontrol orangtuaku disini.

Ada enak sama nggak enaknya sih. Kalo isolasi di rumah sakit tuh, enaknya kita terjamin banget. Makan lengkap 3 kali sehari, ditambah sama cemilannya, fasilitas olahraga ada, terus dilakuin pemeriksaan rutin, jadi kemungkinan besar untuk sembuh lebih cepat ada. Cuma nggak enaknya adalah kita ketemu sesama pasien yang terkonfirmasi positif, itu sih. Kalo isolasi mandiri di rumah, enaknya adalah kita bebas mau lakuin apapun hahaha. Cuma nggak enaknya adalah kita harus bener-bener berdiam diri selama 14 hari di rumah. Kalo mau olahraga pun juga terbatas nggak bisa keluar hahaha. Tapi apapun itu, semuanya kembali lagi ke diri kita masing-masing. Kalo kita rajin, rutin buat menjaga pola hidup sehat, semuanya bisa balik ke semula lebih cepat.

Selama 14 hari ngapain aja??

Makan, tidur, nonton youtube, netflix, sama disney+ hotstar wkwkw. Itu selingan sih hahaha. Selama 14 hari, ya alhamdulillah tingkat rajinku meningkat haha. Biasanya kan kalo di rumah ada mama yang bangunin, ngobrakin disuruh beres-beres rumah, dll. Begitu di kos, bangunku lebih pagi dong. Bisa sempet bersih-bersih rumah, senam, olahraga pagi sendiri, sisanya? Seperti yang sudah aku sebutin tadi hahaha.

Selama isolasi mandiri, aku lebih rajin cari-cari info seputar covid-19 sih. Mulai dari terapi penyembuhan gimana, makanan yang dikonsumsi itu seperti apa, gimana kebiasaan hidup para pasien terkonfirmasi Covid-19 ini, dan FYI, aku sempet bertukar informasi sama teman-teman aku yang juga terkonfirmasi dan mereka dibawa ke Rumah Sakit Darurat Covid-19. Aku sempet tanya-tanya, mereka ngapain aja sih disana. Salah satu temen, ngirimin foto rundown ke aku dan aku berusaha ngikutin rundownnya dia. Ya, nggak sama persis sih, soalnya kalau disana kan ada pemeriksaan rutin, sedangkan aku kan nggak ada karena di rumah.

Dan temen-temen di kantor pun juga ada yang kasih info tentang obat-obatan herbal buat penyembuhan kayak jamu tradisional gitu. Oiya, jadi kemarin aku awal-awal minum jamu tradisional, dapet saran dari salah satu senior di kantor karena beberapa anggota keluarganya sempet ada yang terkonfirmasi juga. Jadi, jamunya itu jamu hitam, buat hancurin racun dalam tubuh gitu. Aku sebenernya gak terlalu suka jamu hahaa, tapi demi kesembuhan apapun aku lakuin kemarin. Aku order jamunya dan dikasih tau cara minumnya gimana (karena ada takarannya masing-masing, jadi nggak boleh salah aturan minum hahaha), dan seniorku sempet ngasih warning tentang efek setelah minum jamu itu. Kebeneran dong hahaha. Efek yang aku rasain adalah tenggorokan jadi plong rasanya enak, nggak enaknya aku jadi bolak balik buang angin, diare, kembung, dan mual hahaha. Itu aku rasain selama 3 hari dan bener-bener kerasa banget, kayak orang masuk angin hahaha. Tapi jamunya tetep harus aku minum, karena aku pengen sembuh.

Terus dapet saran lagi dari temennya mama buat makan garam himalaya. Garamnya tuh lucu, kayak garam grosok tapi lebih halus teksturnya, terus warnanya lucu ada putih, oranye, merah gitu haha. Garam himalaya ini boleh di makan atau dibuat kumur. Kalo kumur, harus 3 kali sehari dan rutin biar racunnya cepet keluar.

Saran lagi, aku dapet dari temenku yang ada di RS Darurat, dia pakai terapi minum minyak kayu putih. Aku seumur hidup nggak pernah ngerasain namanya minum minyak kayu putih hahaha. Sebelumnya, info ini aku udah tau sih, sempet baca banyak berita tentang orang yang sembuh dari Covid-19 setelah pakai minyak kayu putih. Aku awalnya nggak ngerti minyak kayu putih ini diapain sama mereka, sampai akhirnya mereka sembuh. Temenku bilang, dia diminum. Mamaku bilang, digosok aja di badan, leher, sama hidung kalo mau tidur, sambil dihirup-hirup bau minyak kayu putihnya. Awalnya aku cuma digosok aja. Tapi, karena kepengen cepet sembuh, aku coba saran temenku buat minum minyak kayu putih, tapi aku campur pakai teh hangat hahaha. Rasanya hangat sih emang di tenggorokan hahaha.

Setelah berbagai rintangan terapi aku lewati, ngerasain susahnya, dukanya, pahitnya diisolasi, 17 hari kemudian aku dinyatakan negatif setelah dilakukan tes swab yang kedua, yeaaayyy!!! Begitu tau hasilku negatif, senengnya ampun hahaha. Perjuanganku gak sia-sia gitu. Aku ngelakuin banyak hal yang seumur hidup nggak pernah aku lakuin. Mulai dari minum jamu hitam sampai minum minyak kayu putih, bener-bener pertama kali banget. Tapi positifnya aku isolasi mandiri adalah aku jadi punya manajemen waktu sendiri. Dari pagi, kegiatanku udah bener-bener terjadwal, mulai dari jam berapa aku harus bangun, jam berapa harus olahraga, harus mandi, makan, berjemur, kerja (karena aku WFH), kapan harus istirahat, semuanya bener-bener teratur.

Sebenernya, selama pandemi ini kalo kita mau keluar tuh boleh-boleh aja sih. Cuma tetep kudu menaati protokol kesehatan dengan baik dan benar. Kalau udah kena bener-bener repot banget, isolasi mandiri, nggak bisa ketemu keluarga, ketemu temen nggak bisa, ketemu pacar (buat yang punya ahaha) nggak bisa juga, apa-apa sendiri, sedih banget sih hahaha. Karena aku juga ngerasain sesusah itu diisolasi. Buat aku, kayaknya jadi teguran juga sih karena memang aku yang kurang perhatian dengan semua ini dan diriku sendiri juga, jadi setelah ini pasti bakalan lebih aware lagi, lebih perhatian lagi sama kesehatan, lebih saklek sama aturan protokol kesehatan demi menjaga diri sendiri dan orang lain hahaha.

Stay safe gaiiiss!!!! Inget tetep pakai masker, tetep patuhi protokol kesehatan demi diri sendiri dan orang lain 💛.

GO AWAY!

0 komentar

Covid-19 belum kelar gaes, walaupun udah new normal sih. Tapi serius, gak bohong, ini belum kelar!!!

Pandemi ini bener-bener bikin kita terkurung di rumah, pergerakan terbatas, semuanya serba diatur. Setelah tatanan kehidupan baru dimulai, semua orang berburu keluar rumah. Kalo keluar rumahnya sesuai protokol kesehatan sih oke-oke aja, kalo nggak menyesuaikan gimana dong? Terus masih menggampangkan kata-kata "Corona tuh gak ada", "Apa sih Corona? Gak takut", "Kalo udah kena yaudah pasrah aja", eeerrrrggghhhhh!!!!

Ini sih yang masih bikin aku sedikit sebel hahaha. Jujur, semenjak new normal sekitar bulan Juni 2020, aku emang udah berani keluar rumah, udah berani ngemall, ke swalayan lebih sering hahaha, jogging di hari Minggu, makan dine-in, tapi tetap mematuhi protokol kesehatan yaa gaes, pake masker itu pasti kudu banget dan kalo sampek rumah wajib banget langsung cuci tangan gak pake mampir rebahan dan ngelakuin aktivitas lain. Apalagi kalo baru pulang dari kantor, sangat diwajibkan untuk langsung mandi (karena pekerjaanku cukup beresiko juga dan di rumah masih ada nyawa-nyawa yang harus dijaga hmm).

Kadang aku suka sebel sendiri dengan pemikiran orang yang masih menganggap remeh virus Corona ini. Gaes, aku kasih tau nih yaa, ini virus makin lama makin ganas. Awalnya aku biasa aja sih, karena aku masih positive thinking ini bakalan segera berakhir dan kehidupan akan kembali normal. Tapi, setelah satu kejadian ini yang cukup bikin hati aku patah, aku jadi sadar dan takut sendiri.

Jadi, salah satu temenku ada yang positif. Dia sehat, nggak mengeluh sakit apapun, nggak merasakan gejala apapun juga (orang tanpa gejala). Denger berita dia positif tuh, aku langsung kaget, takut, merinding, lemes, sedih, hancur, campur aduk rasanya. Dia beraktivitas layaknya orang sehat biasa.

OTG itu udah banyak sih kasusnya. Dan aku shock karena ini nyerang temenku yang kita tuh kenal deket. Kaget banget. Masih mau ngeremehin Corona? Ngeliat kondisi ini aku jadi takut sendiri, khawatir sama diri sendiri pasti sih, tapi lebih khawatir lagi sama kondisi keluarga di rumah yang mereka sebenernya aman-aman aja.


Kunci bisa sembuh dari Corona tuh cuma satu, kudu bahagia. Kalo kita happy, hati kita senang, Corona juga sembuh kok. Don't be stressed guys. Kita sama-sama waspada, jangan deh ngeremehin Corona lagi. Beneran gaes, kalo ada orang terdekat kalian yang kena, kalian ngerasain sedihnya banget. Ketemu nggak bisa, mau deket yaa juga gak bisa, kita cuma bisa ngasih dukungan doa sama semangat dari jauh. Dan yang pasti kudu ngejaga moodnya mereka biar nggak sampai drop.


Be safe yaa guys, jangan lupa perhatiin protokol kesehatannya karena Corona masih dimana-mana 👌

 
Vita_AnggrahiniVita © 2012 | Designed by Meingames and Bubble shooter