This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

ARCOBALENO MUSICA, DONE!!

0 komentar

Yes!! Finally, akhirnya selesai juga rangkaian acara 4th Annual Concert Gita Widya Giri: Arcobaleno Musica. Rasanya lega, senang, dan rasa bangga bisa berada diantara singer-singer hebat seperti mereka selama 8 bulan lamanya kita bareng-bareng mempersiapkan konser ini.

Hmm, tantangan dan rintangan aku secara pribadi untuk mempersiapkan konser ini itu banyak. Awalnya, aku mempertimbangkan keputusanku buat ikut konser ini. Bingungnya, aku takut nggak bisa mengimbangi antara kuliah sama latihan. Karena semakin naik semester atas, tanggung jawab tugas bakalan lebih berat lagi. 

Setelah UTS semester 3, aku baru gabung latihan dan sudah ketinggalan 2 minggu latihan. Waktu itu bawain lagu "Timor Et Tremor" - Gyorgy Orban. Aku ketinggalan banget dan langsung belajar kilat selama hari pertama latihan. Hari kedua itu sudah belajar lagu baru lagi, judulnya "Daemon Irrepit Callidus" - Gyorgy Orban. Awal latihan cuma seminggu 2 kali, yaitu hari Senin dan Jumat.

Hmm, orangtua paham sih, tapi kendalaku waktu itu adalah cowok aku. Dia pertama keberatan sama keputusan yang aku ambil. Tapi aku berjuang pelan-pelan kasih pengertian ke dia, dan aku terima semua saran dari dia. Aku nggak mau masa kuliahku cuma aku habisin buat kuliah doang dan aku nggak punya kegiatan buat menunjang bidang non akademikku sendiri. Oke, buat festival aku emang nggak dapet ijin, karena latihan yang menurut orangtuaku terlalu banyak menyita waktu kuliah. Tapi untuk kali ini, aku pengen punya satu pencapaian di bidang non akademik. Arcobaleno Musica ini setauku ya, konser kedua PSM Gita Widya Giri yang dimana mereka mengundang pihak eksternal untuk menyaksikan konser ini. Biasanya audience hanya khusus orang kampus aja yang bisa menyaksikan, tapi kemarin dari kampus manapun bisa menyaksikan konser ini. 

Lambat laun, akhirnya dia bisa mengerti kegiatanku. Dan hampir selama 5 bulan, dia antar jemput aku latihan. Kadang aku jadi ngerasa nggak enak sih sama dia. Takut dia capek sendiri, takut dia kesel kalo aku latihan kemalaman pulangnya. Tapi setelah itu dia jarang kesel. Dia mau mendukung apapun kegiatanku asal aku bisa imbang sama kuliahku. 

Tantanganku disini, aku merasa lebih banyak menyanyikan lagu dengan notasi dan dinamika yang lebih rumit menurutku. Dibandingkan maba, jujur lagu yang aku nyanyikan lebih sulit. Sampai H-1 pun kesulitan itu terbawa. Ada lagu "Quel Augellin Che Canta", "Paruparong Bukid", dan "Cantate Domino" yang aku pribadi merasa kesulitan. Kesulitan lagu "Quel Augellin Che Canta" itu di stacatto nya. Itu benar-benar menguras kinerja diafragma. Karena lagu ini cara menyanyinya dinyanyikan dengan ringan, untuk jumlah notasi yang nilai ketukannya banyak itu harus stacatto, dinamikanya forte, dan notasinya nada tinggi, serta diafragma harus benar-benar penuh untuk men-support suara agar terlihat bening seperti lagu zaman renaissance kebanyakan. 

Lagu "Cantate Domino" sebenernya sama kayak "Quel Augellin Che Canta". Lebih banyak stacatto dan dinamikanya forte. Kalo lagu "Paruparong Bukid" susahnya itu notasi. Aku ada di kelompok suara Sopran 2, tetep tinggi cuma nggak setinggi Sopran 1. Kesulitanku, aku mesti selalu keikut sama Sopran 1 yang nadanya lebih tinggi jadi sering salah disitu.

Hambatanku selama persiapan konser juga banyak hahaha. H-20 kondisi kesehatan nggak memungkinkan karena faktor letih harus membagi waktu antara ngerjakan tugas sama latihan. Kebetulan waktu itu jurusanku mau ada kuliah lapangan di Yogyakarta. Eh, gataunya H-1 keberangkatan badan udah drop lemes banget. Pagi itu ngerasa pusing sih, aku pikir mungkin karena belum sarapan pagi. Habis sarapan kok pusingnya nggak hilang. Ternyata badangku panas dan latihan hari itu lagi seru banget. Kita kolaborasi dan latihan bareng maba waktu itu. Akhirnya hari itu aku ijin nggak latihan, dan rencana besoknya mau latihan sendiri sama kepala suara. Dan ternyata keadaanku besoknya masih agak nggak enak dan aku nggak masuk kuliah dan nggak jadi latihan juga. Aku pake prepare buat persiapan ke Yogyakarta malam harinya di rumah. Minggu pertama latihan full aku ijin 3 hari hehehe. Pulang dari Yogyakarta, langsung istirahat seharian, dan Senin latihan lagi setiap hari full.  

Banyaknya rintangan dan hambatan itu akhirnya terbayar sama penampilan kita yang memukau semalam, walaupun sempet ada miss. Tapi kita sudah menampilkan yang terbaik semalam. Big thanks to Bapak Ignasius Irwan yang sudah membimbing dan melatih kita secara penuh untuk persiapan konser ini. And thanks to all choristers, good job guys!! 

Chorister of Gita WIdya Giri Choir:
Sopran: Shelma Nihayati | Rojana Brigida | Naomi Oktarina | Sukma Dirgantari | Anggrahini Vita | Prissylina | Nida Daniya | Azizah Zaniroh
Alto: Dita Krisdiana | Intan Cintya | Gleadys Aprilistia | Aisyah Errin | Nanda Luthfiah | Sisilia Suci
Tenor: Mario Simon | Arief Rio Ramadhan | Ricko Surya | Fiko Bima | Albert Daniel
Bass: Yoyanda Krisma | Alviansyah Eka | Rahmat Rizky | Reno Reynaldo | Reza Rachmansyah | Yanuar Radhitio | Gusty Nuel K.    

KULIAH, INDIVIDUALITAS, ORGANISASI

0 komentar

Menjelang UTS ngobrol dikit bolehlah, yaa, hahaha. Tapi ini yaa cuma pengen sharing aja, sih. Dua tahun jadi mahasiswa tuh sebenernya nyenengin. Cuma sifatnya nggak bisa kompak kayak SMA dulu, kalo mahasiswa individual. Kenapa bisa gitu? Kalo dulu waktu SMA, kita ada Ujian Nasional, kita masuk sumur, masuk sumur bareng-bareng. Artinya, kalo kita mau bawa bocoran soal sekelas kita urunan bareng-bareng. Dan kalo jawabannya tembus, kita dapet nilai bagus sama-sama. Lulus dengan hasil memuaskan sama-sama. Tapi kalo mahasiswa, kita masuk sumur, dia bahagia. Kenapa? Saat kita dimanfaatin, kita yang ngerasain susahnya. Dia? Tinggal ketawa doang diatas susahnya kita ngelakuin sesuatu buat dia.

Sempet beberapa waktu lalu, aku dapet informasi dari salah satu temen aku. Ya, cukup deket aku sama dia. Dan dia ini dikasih tau sama gebetannya yang emang nggak terlalu suka banget salah satu orang gitu. Anggep aja temen aku ini si A dan gebetannya si B.

Semalam sebelum info itu dikasih tau aku, si A ini nge-chat dan sebelumnya aku juga lagi curhat sama dia masalah perilaku mahasiswa semester 4 yang labilnya kayak anak SMA. Besoknya, pas kebetulan aku lagi sama si A, aku tanya sama dia. Mau ngobrolin apa sih masalah si C. Dia bilang, hati-hati sama si C. Dalam hati aku juga tanya-tanya, ada apaan nih, kok mesti hati-hati.

Terus dia ngelanjutin cerita kalo dia dikasih tau sama gebetannya si B kalo jangan sampe aku ataupun dia masuk di grupnya si C. Ya, apa ya, di kelas emang aku nggak terlalu pinter sih. Malah aku yang banyak banget dibantu sama temen-temen aku di kelompokku. Walaupun aku banyak kerja, oke aku akuin sih, tapi tanpa mereka juga aku nggak bisa gitu. Aku bisa karena mereka dan kita belajar bareng-bareng, diskusi bareng-bareng.

Terus sampe si B ini denger dari kelompoknya si C kalo, si C ini bilang ke kelompoknya kalo mau masukin di kelompoknya dia. Terus, maksudnya apa coba aku harus di kelompoknya dia? Toh, aku temenan juga sama siapa aja nggak pilih-pilih. Mau temenan sama situ oke, sama sini oke, terserah gitu. Dan denger dari si B juga, salah satu temen aku juga sudah ada yang katut sih sama kelompoknya si C. Dan sayangnya, temen aku ini kayak dijadiin "boneka" sama si C. Ada tugas, temen aku yang ngerjain. Si C cuma bantu dikit katanya.

Balik lagi ke awal. Emang aku ga terlalu pinter. Terbukti emang. Salah satu temen di kelompokku pernah bilang kayak gitu di depanku. Aku nggak tersinggung, malah emang dia bener. Aku nggak terlalu pinter. Aku sama kayak mereka. Disaat aku nggak bisa, aku minta bantuan ke mereka yang bisa. Aku juga sama kayak mereka, ngejagain orang lain demi nilai. Tapi setelah aku pikir-pikir, kalo aku ngejagain dia terus, aku nggak bakalan berkembang. Aku usaha gimana caraku. Kalo aku salah, aku dapat teguran dari mereka. Adil kan?

Bukan bermaksud sombong, IP aku di tiga semester terakhir ini meningkat. Ya, aku bersyukur dari semester 1 sampe semester 3 kemarin, IP aku naik, dan terakhir IPS aku 3,938. Total IPK aku sampai semester 3 itu 3,81. Buat aku memuaskan. Tapi aku selalu berpikir itu kebetulan aja. Aku sama kayak yang lain. Belajar kalo ujian doang. Itu pun belajarnya ga dari pagi. Paling habis maghrib sampe jam 10 itu udah cukup. Itu belum aku makan, belum nonton tv, belum aku main hapenya, curhat sama ortu.

Aku belajar dari apa yang aku lihat. Karena soal ujian aku semua nalar, ya itu tadi apa yang aku lihat itu jawabanku. Aku nggak bisa dibilang pinter. Ya, pinter itu emang impian semua orang. Tapi, aku kayak gini karena suatu hal. Aku masuk di kampus itu karena ada orangtua yang bekerja disitu. Disaat mau ujian, aku belajar lebih keras dari biasanya. Hari-hari emang jarang aku belajar. Tapi, aku belajar dari tugas-tugas yang dikasih dosen ke aku. Berat emang. Aku juga berat sebenernya, suka ngeluh tugasnya banyak. Tapi, ya itu kewajibanku buat ngerjain. 

Buat aku, semua keistimewaan yang dikasih ke aku sejak aku masuk jadi mahasiswa, itu harus dibayar sama jerih payahku. Aku mau ada keadilan. Aku masuk disini, biayanya lebih murah dari yang lain. Bedanya 1 : 5. Dengan biaya segitu, aku harus bayar sama hasil jerih payahku walaupun dengan hasil yang pas-pasan, paling nggak, nggak terlalu mengecewakan hasilnya.

Aku berusaha aktif di satu organisasi. Dimana organisasi itu menuntut keloyalitasan anggotanya. Walaupun dengan adanya keloyalitasan, aku juga nggak mampu buat ngejalanin, karena kemampuanku nggak kuat kalo aku harus loyal disini dan harus pol-polan di kuliah. Aku yang tau seberapa kuat badanku buat melakukan kegiatan. Aku mulai mengatur, dimana waktuku kuliah dan belajar, dimana waktuku ada di organisasi.

Aku pernah tau, kalo ada mahasiswa aktif di satu organisasi, kuliahnya berantakan. Tapi, di dua semester ini aku mau buktiin, separah itukah? Di organisasi itu, selama dua semester ini aku disibukkan sama satu big event yang menguras pikiran dan tenaga juga. Dan aku berupaya gimana caranya big event jalan, kuliah jalan. 

Oke, itu curhatan siang-siang aku. Have a nice day!!!

JOURNALISTIC SEMESTER

0 komentar

Okee, semester baru, mata kuliah baru. Yes!! Dan semester ini aku belajar hampir sepenuhnya jurnalistik. Jurnalistik media cetak, jurnalistik penyiaran, sama jurnalistik online. Lengkap kan? Bikin berita di media cetak, media penyiaran (radio & TV), dan media online (internet). Sebenernya mata kuliah jurnalistik online itu mata kuliah semester 6, cuma aku pengen ambil di semester 4 soalnya ada praktikum dan kalo ada tugas dan satu tema bisa sekalian hahahaha.

Mata kuliah ini sebenernya asik banget. Kita bisa belajar jadi jurnalis yang baik, kita belajar caranya nyari berita dan hunting sana sini. Bakalan banyak explore di luar kampus. Dan bagusnya, dosen jurnalistik online ngebolehin anak-anak explore tema di blog kita. Aku milih berita musik. Soalnya suka banget sama musik dan beritanya pun nggak terlalu susah dibikin. Banyak bikin rekomendasi, cari event, dan sekalian promosi buat big event PSM kampus, yang insya Allah bulan Mei nanti diselenggarakan.

Mata kuliah jurnalistik media cetak, tugasnya bikin majalah. Untungnya satu kelompok sudah ada beberapa materi. Tinggal nunggu penentuan rubriknya apa aja hehehe. Dan beritanya nanti juga bisa diambil dari beberapa postingan di blog.

Yah, semoga bisa senang ngejalanin tugas ini ntar, hehehe.
See yaa, let's go to work!! :)

GWG Choir.......

0 komentar



Minggu, 24 Januari 2016
Lagi ngerasain musim liburan kuliah yang menurut aku penuh deg-degan hahaha. Maklum, kalo kuliah habis ujian seneng-seneng dulu baru stress lagi mikirin “berapa IP gue?” hahahaha. Pake sekarang status kampus aku sudah PTN, jadi yaa remidi hanya MITOS BELAKA. Nyesek yaa? Hahaha.

Tapi sambil ngisi masa deg-degan nunggu nilai, aku juga ngga terlalu menganggur, sih, kayak liburan temen-temen lain, yang mungkin pada holiday kesana-kesini. Alhamdulillah, aku masih nyempetin, sih, liburan sebentar waktu itu ke Yogyakarta di pertengahan bulan Januari ini, di tengah kesibukan yang sudah menanti lagi di depan. Tapi liburan singkat itu sudah cukup buat mengurangi beban pikiran aku yang berlebih beratnya hahaha.

Ngisi liburan selama satu bulan ini, mungkin aku kebanyakan di UKM aku, sih. Yap, aku gabung di Paduan Suara Mahasiswa kampus aku, yang namanya adalah Gita Widya Giri atau biasa aku sebut GWG. Ini bakalan jadi bahasan obrolan aku kali ini.

Awal ikut GWG dulu gara-gara tertarik sama nyanyi. Dari kecil emang udah suka banget nyanyi dan waktu SMA pernah ikut paduan suara sekolah tapi ya buat acara-acara formal aja nggak sampe kemana-mana. Maklum, baru dibentuk waktu itu di SMA. Dari kecil pun aku juga sering banget diajakin sama mama ke acara-acara kantornya mama di kampus aku sekarang, kayak acara dies natalis, halal bihalal dosen dan karyawan, dan itu sampe sekarang masih sering diajakin buat sekedar dampingi mama. Dan inget banget dulu aku masih SMP kelas 3 hahaha, aku diajak ke acara dies natalis kampus aku, dan GWG ini unjuk kebolehan malam itu. Ngeliatnya itu seneng banget rasanya bisa gabung di kelompok paduan suara. Sampe lihatnya tuh kagum sendiri, nggak bisa diungkapin deh senengnya kayak gimana.

Akhirnya, waktu daftar kuliah kebetulan nggak masuk perguruan tinggi negeri deket rumah, jadilah aku masuk di perguruan tinggi dimana tempat mama aku bekerja selama ini hahaha. Waktu disuruh milih UKM, aku langsung nggak pake pikir panjang pilih Paduan Suara. Padahal, aku jadi mahasiswa Ilmu Komunikasi yang kerjanya tuh berhubungan sama broadcasting, pers, dan media. Dan disitu ada UKM Pers Mahasiswa. Sampe pernah ditanyain sama temen-temen mama, “Kok nggak ambil UKM Pers Mahasiswa? Kan anak komunikasi, biasanya kan hobi nulis”. Oke, aku hobi nulis, tapi juga hobi nyanyi. Nulis itu pekerjaan aku dan nyanyi itu hobi. Udah aku ceritain di postingan sebelumnya kenapa aku ambil komunikasi. 

Waktu awal ikut GWG tuh aku masih cupu, polos, culun hahahaha. Waktu itu ditawarin sama Mas Igo. Dia bilang kalo aku selesai pengukuhan maba 2014, langsung aja ke sekretariat GWG di Giriloka. Langsung deh, selesai pengukuhan aku kesitu terus daftar deh masuk GWG. Ngikutin banget perkembangannya, mulai dari TM, terus diklat ruang, diklat alam, terus latihan vokal dasar, latihan buat mini concert GWG, seru banget deh.

Yang paling seru menurut aku itu waktu diklat alam. Kenapa? Soalnya kita semua jadi saling kenal. Dari yang awalnya jaim-jaiman, malu-malu, sok cuek, padahal pengen kenalan hahaha. Di diklat alam tuh kita jadi tau satu sama lain, gimana kebiasaan temen kita, membaur gitu jadi seneng banget. Dari yang awalnya nggak kenal sampe kita kenalan, dan harus kerja satu tim gitu. Di diklat alam itu ada dua kelompok. Kelompok games sama vocal group. Kalo vocal group di diklat ruang sama latihan vokal dasar pasti kita ketemu terus dan pastinya guyon bareng terus. Inget banget kelompok vocal group aku tuh ada Ais, Hanum, Dina, Yogas, Nadia, Inggit, Robertus, sama ada satu cewek aku lupa namanya hehehe. Terus di kelompok games ada Gusti, Eta, Nabila, Pamela, Mella, Nabila, sama Robertus.

Mungkin dari kelompok games, aku cuma kenal sama Robertus dan yang lainnya itu baru banget. Aku sifatnya radak pemalu sih dan suka canggung kalo sama orang baru. Takut ntar ngomong dikit salah. Tapi aku bisa membaur sama mereka karena keadaan. Keadaan yang buat aku membaur sama mereka dan mau angkat bicara di depan mereka. Awalnya diem, terus disuruh sama senior bagi tugas buat bawa perlengkapan kelompok, disitulah aku mulai berani ngomong. Karena keadaan seperti itu aku harus berani bicara sama orang baru. Dan alhamdulillah bermanfaat juga gitu buat aku ke depannya.

Yang paling seru bikin aku membaur lagi sama mereka itu waktu tidur. Hmmm, mulai deh sifat-sifat alaminya cewek keluar, yaitu rasan-rasan hahaha. Kita dibagi dua tenda, ada tenda cowok sama tenda cewek. Dan di tenda cewek itu hebohnya naudzubillah hahaha. Ada Claudia disitu, dan dia tuh cewek paling heboh di tenda. Suaranya dia itu bisa bangunin siapa aja yang lagi tidur. Soalnya dia semaleman suntuk tuh ngoceh mulu di tenda. Mulai dari ngomongin orang sampe ngomongin makhluk nggak keliatan. Sampe aku yang tidur sebelahan sama Hanum sampe nggak bisa tidur. Bingung gitu mau tidur gimana soalnya ada yang belum tidur soalnya kan sungkan juga mau tidur.

Terus diklat alam itu, kita selesai makan sama sholat isya' emang disuruh istirahat sama panitia. Dan ternyata sekitar jam 9 atau jam 10an kayaknya kita dibangunin dan disuruh keluar tenda. Kaget juga sih, ngapain malem-malem disuruh bangun dengan peraturan nggak boleh pake jam tangan dan harus pake sepatu soalnya hawanya lumayan dingin. Terus kita juga disuruh pake ID card sama bawa note. Buat apa? 

Ternyata.... Kita ada jalan-jalan malam!!! Ekspektasinya anak-anak tuh keren-keren banget waktu itu. Ada yang takut di pressing lah, takut dimarah-marahin lah, diapainlah nanti. Deg-degan banget deh. Dan aku juga sama sih kayak mereka, tapi masih bisa berpikir jernih dan percaya gitu sama kata-katanya Mbak Dita waktu itu, di GWG itu NO PRESSING!! Dan diklat alam GWG itu fun banget. Dan ternyata aku buktiin selama jalan-jalan malem dari start sampe finish tuh kita seneng-seneng terus. Nggak deg-degan. Ya, deg-degan dikitlah soalnya sudah malam dan bayangin kita satu kelompok banyak cewek dan beberapa penakut termasuk aku hehehe. Jalan gelap dikit tuh takutnya ampun-ampunan. Di jalan kita sekelompok cuma berbekal minum, lampu senter, sama peta buta. Baca peta butanya pusing soalnya kita harus nebak kemana kita harus melangkah. Terus di pos bayangan pertama tuh kita dikasih wejangan tentang peraturan di tiap pos. Setiap kita ngelewatin pos ganjil kita harus nyebutin 20 M, yaitu Mulanya Malam Minggu Mamanya Mami Mulan Melamun Memikirkan Makan Mangga Manis Maka Mumun Membelikan Mangga Muda Menyebabkan Mereka Mendadak Marah. Kita ngapalinnya pertama bingung, karena nggak boleh bawa teks. Akhirnya cara kita adalah pembagian perkata. Yang akhirnya dihafalin digabungin jadi satu. Terus waktu kita nanti sampe di POS, kita harus ngucapin salam pembuka sama penutup. Salam pembukanya kayak gini, "Sopranyoto, Altohir, Tenorman, Basuki, nyuwun sewu, kulo saking kelompok 3 badhe nampilaken atraksi". Atraksi kita adalah memeragakan yel-yel. Salam penutupnya adalah, "Sopranyoto, Altohir, Tenorman, Basuki, kulo saking kelompok 3 badhe nyuwun pamit". Ngebayangin, kita dari berasal dari berbagai kota harus ngucapin salam pembuka dan penutup pake Bahasa Jawa, hehehe. Keren banget, soalnya kita juga bisa memperkenalkan budaya Jawa kita ke temen-temen yang bukan berasal dari Jawa, sekalian melestarikan budaya Jawa pastinya.

Baru pertama jalan tuh udah takut. Di pos bayangan pertama itu aku inget ada Mbak Telly lagi jaga disitu. Posisinya di depan masjid kampus yang momennya hari itu mendekati perayaan Idul Adha. Suasananya cukup spooky, sih. Tapi masih terbilang aman karena ada penerangan. Waktu mau jalan ke POS 1, mulai agak serem soalnya nggak ada penerangan. Waktu itu yang jaga ada Mbak Shelma sama Mas Okka. Gamesnya lucu, kita mainan tepung malem-malem. Jadi kita mindahin tepung tapi lewat kepala, dan posisi kita semua duduk sila di tanah. Ngebayangin susahnya gimana dan pasti bakalan kotor semua. Dan di dalam tepung itu ada sepotong notasi dan kita disuruh nebak apa judul lagu di notasi itu. Kita sekelompok salah. Lagu itu adalah lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan kita nebaknya malah lagunya Cherrybelle hahahaha. Kita gagal dapet golden ticket, deh.

Mau ke POS 2, jalanan makin sepi. Trayeknya kita lewat jalan di gedung FISIP 2 yang waktu itu masih tahap penyelesaian pembangunan. Pos 2 tepatnya ada di gazebo gedung FTI. Disitu gelaaaapppp banget nggak ada lampu sama sekali. Waktu lihat peta, kita sempet salah jalan. Terus dari jauh diteriakin sama senior, "Itu mau kemana? Dilihat lagi petanya!!". Ternyata bener, guys!!! Kita salah jalan, hahaha. Akhirnya kita puter balik ke arah gedung FTI. Disitu kita bingung mau berhenti apa lurus. Akhirnya kita milih berhenti disitu dan kita yakin ini POS 2 bukan pos bayangan. Ekspektasi kita udah nebak-nebak tuh, oh ini pasti POS utama, oh ini pasti pos bayangan yang buat transit hehehe. Di POS 2, kita ketemu sama Mas Pandu, Mas Radit, sama Mbak Atika. Kita main sambung kata. Jadi, Mbak Atika nyanyiin satu lagu, dan kata terakhir di lagu itu kita lanjutin dengan nyanyiin lagu lain yang diawali dengan kata di lagu sebelumnya. Mulai masuk ke mind game hahaha. At least, di POS ini kita dapet golden ticket karena kita berhasil menjawab tantangan kakak-kakak senior, yeaaayyy!!!

Jalan lagi, ke POS 3 kita ngelewatin asrama. Mulai spooky. Soalnya banyak cerita horor di depan danau asrama. Waktu mau ke POS 3 itu, kita ngelewatin jalan cinta, dimana kita harus jalan gandengan dua-dua kecuali ketua. Sepanjang jalan cinta, kita nemuin POS 3. Di POS 3 ada Mbak Desta sama Mas Ricko. Gamesnya kita diajak menggambar. Kita disuruh baris menghadap barat. Pas balik badan, hmm ada sesosok yang sedikit menyeramkan. Dia duduk di gazebo depan gedung TTG lama. Pake baju serba hitam, kepalanya ditutup pake kayak kupluk jaket gitu warna hitam sama pake slayer hitam. Duduk gitu diatas balkon kan serem pake ngeliatin mulu. Aku panggil-panggil Robertus dari belakang. Tapi Robertus nggak denger padahal aku udah takut banget pengen nangis saking takutnya. Pake Pamela dari belakang udah begidik duluan hahaha. Pas balik badan lagi, tuh orang yang serem hilang, langsung pindah ke sebelahnya Mbak Desta, dan ternyata itu Mas Okka hahaha. Games di POS 3 itu ngelanjutin gambar, jadi ada clue dari depan kita disuruh ngelanjutin gambarnya dalam waktu 10 detik. Kita gagal dapet golden ticket, yaahhh :(

Jalan ke POS 4, sudah mulai ada titik terang. Tapi jalan kesananya agak serem. Soalnya, ada tong dan kalo lihat dari jauh tuh kayak jalan buntu. Takut ada hal-hal yang nggak diinginkan kita langsung lari ke POS berikutnya hahaha. Yess!!! POS 4 mulai rame senior. Disitu ada Mbak Sukma, Mas Dio, Mas Igo, sama aku lupa ada satu senior lagi disitu. Kita main air disitu. Jadi ada temen kita yang mindahin air tapi pake kepala. Kalo meleset sedikit, hmmm basah deh. Perkiraan jam itu sudah jam setengah 12 malem. Hmm makin dingin. Nggak sampe di aku, TIME UP!!! Kita gagal di games ini dan hukumannya kita yang nggak kena air disiram deh, jadi basah hahaha.

Jalan ke POS 5 lumayan jauh dan aku juga waktu itu lumayan ngantuk sudahan. Sempet colongan lihat jam di pos satpam ternyata bener jam 23.45 sudahan hahaha. Di POS 5 kita ada di depan gedung FEB yang berseberangan sama laboratorium televisi kampus. Disitu ada Mbak Indri sama Koko Mario. Gamesnya lumayan seru. Jadi kita disuruh harmonisasi pake vokal A, yang paling panjang dia jadi timer. Kebetulan timernya Gusti, jadi yang lain main game. Gamesnya ada main puzzle, terus ngurutin kartu, sama apa gitu aku lupa. Kita gagal, soalnya time up. Tapi dikasih satu pertanyaan lagi sama Koko sama Mbak Indri biar kita bisa dapet golden ticket. Pertanyaannya siapa kadiv pelatihan GWG? Dengan lantang kita jawab Koko Mario. Dan jawabannya BENAR!!! Yeaaayy, kita dapet 2 golden ticket. Dan ngga kerasa waktu udah lewat tengah malem. Kita langsung kumpul di depan rektorat sambil nunggu kelompok lain kelar. Rasanya mata ngantuk banget dan udah nggak bersahabat lagi. Akhirnya aku ketiduran di depan rektorat sambil nungguin temen-temen lain dateng.

Yess!! Itu sedikit cerita waktu jalan-jalan malam di diklat alam PSM GWG. Waktu konser, aku masuk di female mixed choir 1. Mentornya ada Mbak Desta, Mbak Edys, sama Mbak Dita. Lagunya judulnya "Tristist Est". Entah kemana partitur lagu itu soalnya udah dipinjem kesana kesini sama temen-temen yang lain hahaha. Waktu konser, dresscodenya black dress. Bingung cari pinjeman kemana. Akhirnya dress aku dapet pinjeman dari temen aku di FEB, si Ina. High heels hitam aku pinjem tante aku hehehe. Dan hari itu adalah first performance aku jadi anggota GWG di mini concert new comers GWG. 

Perjalanan aku di GWG sampe sekarang ya lumayan sih banyak banget rintangannya. Peran aku pun ganda, aku nggak cuma sebagai singer di PSM GWG, tapi di dalam universitas sendiri aku juga sebagai mahasiswi yang harus menuntut ilmu juga. Setelah konser, mulai banyak latihan rutin buat vokal dasar. Awalnya rajin, sih, ngikutin latihannya. Tapi semenjak tugas kuliah banyak dan mulai kewalahan nanganinnya, aku milih nggak ikut dan bingung mau ambil keputusan. Pengen sebenernya ikut nerusin, tapi disisi lain kuliahku juga penting. Mau resign juga udah kepala tanggung gitu, eman juga. Akhirnya, aku ambil internal job. Jadi cuma bisa nyanyi di dalam kandang kampus doang, kayak acara wisuda, upacara, dan lain-lainnya.

Sempet lama nggak ikut latihan rutin, mendekati Desember ada job hari bela negara. Aku ikut job itu dengan sekuat tenaga soalnya posisi kesehatan aku masih sakit dan suara aku hilang. Pas hari bela negara itu aku nyanyi, itu jadi first job aku di kampus hehehe. Setelah itu ada job wisuda pertama yang aku ikutin, yaitu wisuda Januari 2015 tahun lalu. Waktu latihan job wisuda aku mulai banyak bolong latihan, soalnya kesehatan nggak bersahabat banget. Satu minggu full di minggu pertama aku latihan, dan nggak taunya masuk minggu kedua kondisi drop dan harus bed rest selama 3 hari di rumah. H-3 sebelum wisuda aku baru gabung lagi soalnya ngerasa udah agak enakan sih. Hahaha, aku mah gitu, habis sakit enakan dikit langsung kerja wkwkwk. Dan alhamdulillah mendekati hari H, latihan makin lancar dan hari H pun sukses!!! Seneng banget bisa nuntasin job wisuda pertama yang aku ikutin. Walaupun setelah itu aku langsung bed rest lagi satu minggu di rumah, dan untungnya lagi liburan kuliah hahaha. Coba kalo pas hari efektif bisa bolong deh absen-absenku hahaha.

Festival???
4th Bali International Choir Festival....
Sayang banget, sih, aku nggak bisa ikut festival satu ini. Festival ini tarafnya internasional. Pengen banget rasanya ikut. Tapi apa daya nggak dapet ijin dari ortu. Kendala aku banyak banget soalnya. Mbak Indri waktu itu nawarin ke aku personal. Dia bilang kalo aku emang mau ikut festival nanti diijinkan bareng-bareng sama temen-temen GWG. Tapi aku juga nggak berani yang namanya melanggar pantangan orangtua. Dari kecil aku nggak berani ngebantah orangtua aku, kalo orangtua bilang nggak ya aku harus nggak. 

Kendala aku waktu itu pertama nggak dapet ijin. Soalnya jauh, dan kesehatanku gampang drop. Berangkat oke, pulang tepar. Soalnya aku sekali capek sedikit langsung sakit, istilah orang Jawa bilangnya gopo'an. Mama sama papa aku takut kalo tiba-tiba aku drop, soalnya kesehatanku dropnya nggak tentu. Pagi gitu seger masihan, malem belum tentu sehat. Bergantung sama kegiatan sebelumnya kalo terlalu terforsir bisa langsung drop.

Kendala kedua masalah KTP. Waktu pendaftaran, KTP aku ketahan sama kecamatan di rumahku soalnya dibuat ngurus kepindahan penduduk baru. Oktober 2014, aku baru aja pindah rumah dari rumah lama ke rumah yang baru hehehe. Nah, pas pendaftaran BICF itu kebetulan bebarengan sama keluarga aku lagi ngurus KSK sama KTP baru. Otomatis KTP lama aku ditahan sama pihak kecamatan soalnya penggantian KTP sama identitas KTP. Masalah umur pun juga bermasalah. Syarat ikut BICF di kategori yang diikuti GWG itu minimal harus 19 tahun. Dan saat itu, aku masih 18 tahun hehehe. BICF kelar, aku baru 19 tahun. Secara umur, aku belum memenuhi syarat.

Kendala ketigaku, masalah kesehatan. Ya, itu tadi gopo'an. Nggak bisa makan telat, dan aku gampang banget laper apalagi perjalanan jauh. Jadi udah makan pagi gitu yah di jalan, ntar ga ada 1,5 jam tuh laper. Walaupun makannya porsinya banyak tapi laper lagi. Soalnya posisi jalan mungkin, ya, jadi bawaannya laper mulu. Jadi harus bener-bener yang pergi sama aku itu harus ekstra bener. Repot deh pokoknya. Tapi dalam hati sebenernya pengen sih ikut BICF. Tapi apa daya nggak dapet ijin tadi. Pengennya next festival ikut, tapi kalo dapet ijin lagi dan waktu masih mengijinkan.

Tiap orang itu pasti punya target, kapan dia mau lulus kuliah, kapan dia mau bekerja, kapan dia mau menikah, dan lain-lain. Dan aku sendiri punya target, tahun 2018, aku udah harus nuntasin kuliahku, karena itu tepat 4 tahun aku kuliah. Ya, kuliah pun juga nggak gampang gitu. Banyak rintangannya, ya salah satunya GWG. GWG bukan jadi rintangan buat mewujudkan target, karena GWG punya peran penting dalam mewujudkan target aku tadi. GWG itu tantangan, tantangan buat aku sabar, ikhlas, buat semuanyalah.

Balik lagi ke sifat dasar aku, yang anaknya pemalu, susah buat adaptasi sama lingkungan baru, susah buat komunikasi sama orang baru, Di GWG aku belajar banyak banget selain belajar vokal. Secara kepribadian, aku dapet disini. Terutama sama senior hehehe. Aku paling takut sama yang namanya senior, walaupun kalo sama mahasiswanya mama aku, aku lebih jutek dan cuek banget soalnya aku ngerasa kenal sama mereka. Di GWG itu beda. Walaupun disitu ada 3 mahasiswa mama aku hehehe. 

Waktu GWG buka open recruitment buat maba 2015, aku mulai ngerasa ada sedikit perubahan dari aku. Di GWG, aku deket sama temen-temen yang satu angkatan sama aku. Tapi aku kurang deket sama kakak-kakak senior dan nggak bisa kayak temen-temen lain yang udah curhat bareng, ketawa bareng, aku berasa mulai dari titik nol lagi. Waktu pemaba, aku ngajuin diri buat mentor maba di fakultas-fakultas. Dan aku mentorin di FEB bareng sama Mbak Shelma, Mbak Santi, sama Mas Rachmat. Sempet bingung, sih. Bingungnya tuh gini, bisa nggak, ya, aku adaptasi sama mereka? Bisa nggak ya aku menyampaikan pendapatku sama mereka? Bisa nggak ya, aku ngajarin maba di depan kakak-kakak seniorku ini? Bisa nggak ya, bisa nggak ya, macem-macem di pikiran.

Hari pertama mentorin tuh, aku kikuk banget. Bingung mau apa. Mereka jauh lebih berpengalaman dari aku dan aku sampe sekarang masih harus banyak belajar sama mereka semua. Mentorin tuh, harusnya kita nggak perlu deg-degan, aku malah deg-degan banget dan sampe keringetan. Di pikiranku tuh, aku harus berbuat sesuatu. Apa yang aku lakuin? Mbak Santi udah keliling nyatet nama maba. Mbak Shelma masih ngobrol sama maba buat introducing. Mas Rachmat santai-santai aja. Dan aku bingung, harus apa. Akhirnya waktu mau latihan, aku memberanikan diri buat menyampaikan pendapatku. Aku pake teknik ngajarnya Mbak Dita, waktu Mbak Dita ngajar aku di padus FISIP, waktu aku jadi maba. Jadi, kita ajarin pake notasi, aku tulisin partiturnya di papan, mereka mencatat dan ada yang motret pake hape mereka juga jadi lebih instan, karena partitur dilarang diperbanyak.

Selesai nulisin partitur lagu Mars Bela Negara, kita nyanyiin lagunya sama-sama. Seneng banget bisa ngajar mereka. Terus selesai latihan kita nyontohin lagu Mars UPN buat dipelajari hari berikutnya. Ternyata hari berikutnya ada babak seleksi anggota, soalnya pihak kermawa minta 21 anggota tim paduan suara tiap fakultas, rinciannya 20 singer dan 1 dirijen. Akhirnya kita bikin seleksi solmisasi satu persatu. Awalnya maba pada takut, tapi itu jadi tantangan tersendiri buat mereka. Akhirnya terpilihlah 21 orang tim paduan suara maba perwakilan dari FEB. Perjuangan aku, Mbak Santi, Mbak Shelma, sama Mas Rachmat lumayan melelahkan tapi senang bisa ngajar mereka. Hari-hari berikutnya tuh aku jadi lebih bisa bebas, bisa ketawa, bisa becandaan sama senior-senior aku, dan aku berhasil mematahkan pendapatku dulu dari aku SMP bahwa senior itu galak. Terbukti waktu kuliah, seniorku nggak galak hahaha. Mungkin karena dari SMP aku nggak pernah ikut organisasi kesiswaan, karena aku nggak tertarik hehehe.

Pas hari H lomba paduan suara antar fakultas, FEB kalah. Tapi, perjuangan mereka itu udah keren banget. Mereka tuh anak-anak pantang menyerah kalo menurut aku. Selesai pengukuhan, senior yang pada capek habis ngisi acara juga berdiri sama heels tinggi di panggung dan menghibur mereka di acara pengukuhan itu masih bisa semangat ngelatih mereka. Karena mereka semangat juga jadi kita yang ngelatih juga semangat. Kalah menang bukan jadi satu patokan kualitas sih. Tergantung dari niatnya mereka juga. Tapi menurut aku mereka itu udah bagus kemarin dan perkembangan dari awal latihan sebelum diseleksi sampe hari H itu jauh banget perkembangannya.

Open recruitment maba, aku lebih terbuka lagi. Aku jadi Sie Pemerhati. Timku ada Eta, Inggit, Mbak Santi, sama Mbak Sukma. Waktu Audition, posisi kita di meja registrasi. Dari kegiatan inilah, aku mulai lebih terbuka. Lebih banyak ngeluarin suaralah dan nggak banyak diem. Sampe pernah tuh, Mas Alfi sama Mas Radit bilang, "kok diem aja, Vit? Ngomong dong", aku cuma bisa senyum soalnya apa yang mau diomongin. Kalo lihat ada hal lucu aja aku bingung dan mungkin cuma ikut ketawa sebentar. Saking pemalunya, aku pernah sampe nggak berani tanya sama orang dan itu pernah terjadi pas aku di GWG hehehe. Keberanianku muncul, pas audition day itu. Jadi waktu jam istirahat 15 menit, panitia makan siang tuh. Aku sama Nida sholat dhuhur di FTI kita jalan kaki sambil beli minum. Sampe Giriloka, kita makan siang kayak dikejar deadline. Posisi Nida emang penting soalnya dia Sie Keamanan. Karena aku bagian registrasi aku bingung, aku harus apa. Bentar lagi tuh maba mau masuk sekret buat tes harmonisasi sama Mas Albert. Aku naruh makanku di sekret, soalnya acara mau jalan lagi. Terus pas mau balik aku ketemu Mas Radit, Mas Radit tanya, "sudah makan?", aku bilang dikit, tapi belum habis soalnya acara mau mulai kata anak-anak keamanan. Kata Mas Radit habisin dulu aja makannya, soalnya posisiku di panitia juga nggak begitu berat soalnya bagian registrasi dan yang handle sudah banyak. Akhirnya, aku langsung makan di belakang sekret. Mungkin kalo nggak ada yang nanyain, sampe audisi selesai makanku nggak akan pernah habis hanya karena aku nurutin jalannya aturan hehehe.

Sekarang di GWG lagi ada latihan rutin. Hmm, latihannya tiap hari Senin sama Jumat sih jam 7 malam. Awal latihan aku nggak ikut, soalnya kendala transportasi. Baru setelah UTS, aku aktif ikut latihan ini. Ikut latihan ini awalnya aku berat, sih, tapi sudah jalan setengah tinggal setengah lagi aku sampai di goal-nya. Dan alhamdulillah di latihan rutin ini, aku belajar buat jaga diri. Rintanganku di GWG banyak apalagi semenjak aku deket sama dia selama setahun ini. Saking perhatiannya, dia takut aku sakit aku capek atau aku kenapa-kenapa. Pernah waktu latihan buat Dies Natalis kampus, pulangku larut malam sampe jam 8 malem, setengah 9 dan pas H-1 itu aku pulang jam 10 malem. Dia negur aku di jalan pulang, dia bilang, "kamu tuh nggak boleh pulang jam segini, kamu makan aja sulit, kalo terus-terusan latihan tiap hari kayak gini tapi kamu nggak bisa kontrol kesehatan kamu, ya buat apa?". Aku langsung minta maaf sama dia, ya emang itu kesalahan aku gitu. Tapi dia nggak lama, sih, negurnya. Buat aku itu bentuk peringatan dari dia buat aku biar aku bisa lebih sadar lagi sama kondisi. Besoknya, dia ngingetin aku buat nggak bandel lagi makannya. Dan aku nurutin. Tapi di H-1 bandelku kumat, aku molor makan, dan dia negur habis-habisan sampe telepon aku diputus. Oke, itu kesalahan aku dan aku langsung telepon dia balik dan minta maaf kalo aku udah bandel.

Dan semakin kesini, aku berusaha semampuku buat yakinin dia kalo aku bisa jaga diri aku sendiri. Di latihan yang sekarang aku nggak terlalu memaksakan keadaanku. Kalo emang aku capek atau lagi sakit, aku istirahat, aku nggak mau memaksakan. Dan selama ini aku latihan dia ikut jaga juga. Aku selalu jujur sama dia dan nggak mau bohongin dia sedikitpun. Soalnya, aku yakin apapun yang kita lakukan dengan kebohongan hasilnya pasti bakal lebih buruk dari yang kita bayangin. Jujur emang nyakitin, sih. Tapi aku tau dengan jujur orang pasti lebih bisa menghargai kita dan orang bakal percaya sama kita. Begitu juga aku sama dia. Kalo aku belum makan, yaudah bilang aja belum makan. Kalo sekarang karena latihan malem, sebisa mungkin sebelum berangkat tuh aku sempetin makan biar nggak begitu laper waktu latihan. Aku pasti bilang, "aku sudah makan tadi", "aku belum makan". Dan sampe sekarang dia mendukung apapun yang aku lakuin, asal aku bisa jaga diri, aku ngelakuinnya dengan senang hati tanpa paksaan apapun, aku jalaninnya ikhlas, dia juga seneng. Aku sudah berani berkomitmen sama dia, berarti aku sama dia nggak boleh ada yang ditutupi. Apapun yang terjadi nanti, sebisa mungkin jujur. Efek dari nggak jujur pun pasti bakal berdampak lebih buruk dari yang dibayangin. Orang jujur pasti punya alasan, nggak mungkin orang jujur nggak punya alasan, ya kan?

Daritadi ngomongin dia, maklum lagi jauh 3 hari doang sih Surabaya-Gresik hehehe. Oke, sekian dulu postingannya. Hari sudah makin malam jadi sekarang, it's time to go to bed!! Okey, see ya!!

 
Vita_AnggrahiniVita © 2012 | Designed by Meingames and Bubble shooter