This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

ME FIRST!

0 komentar

"And I won't be confined to your point of view..."

Ada salah satu temen pernah bilang "kamu cuma butuh orang yang bisa sejalan sama pemikiranmu, dan gak semua laki-laki bisa dan terima itu". 

Ya ada benernya sih haha. Mungkin belajar dari yang sebelum-sebelumnya dan akhirnya aku sampe punya pikiran "all the boys are jerk". Tapi aku belajar untuk memandirikan diriku sendiri ya semenjak masih sama dia yang lama. Dia brengsek, emang, tapi ada sisi positif dari dia dan keluarganya yang bisa aku ambil, terlebih sama kakak perempuannya. Being independent, it's not bad. She's married, she's so independent. Although she married in 34 years old. But, she got a man who really knows her. Beautiful!

Setelah putus, depresi banget sih. Tapi depresinya jadi bikin aku lebih kuat. Aku jadi lebih sering pergi sendiri, kemana-mana sendiri, tapi ini lebih baik. Setelah 5 tahun, akhirnya aku punya waktu buat diriku sendiri. Aku bisa pergi kemanapun aku mau tanpa harus ijin dan dilarang pergi kesana kesini, aku bisa ngelakuin apapun yang aku mau tanpa harus dilarang. Aku mau mencoba kenal lagi sama diriku sendiri. Alhamdulillah orangtuaku mengerti posisiku saat itu, dan sampai hari ini cuma ngasih advice aja. Karena aku lebih tau dengan diriku sendiri, aku tau sampai mana batas diriku buat melakukan sesuatu.

Me time.
Ya, aku cuma butuh me time yang gatau me time ini sampai kapan. The best me time adalah ketika aku isolasi mandiri di kos, waktu aku terkonfirmasi positif covid untuk pertama kali. 2 minggu di kos, hidup sendiri, itu hal terbaik yang aku dapet sih. Mama sama papa cuma nengok sesekali sama bawain makan, selebihnya itu hidupku dan aku mengatur hidupku sendiri. Jauh lebih bahagia sih, dan ketika ada hal negatif yang mungkin bikin aku down, aku singkirin. Salah satunya adalah chat whatsapp hahhaa. Chat whatsapp itu bisa mendukung ketika lawan bicaranya satu circle, tapi bisa jadi toxic dan akhirnya mau gamau chatnya harus di delete. Yaa, itu salah satu terapi yang aku terapin sejak desember 2020 kemarin hahaha.

Pasangan?
Mama tuh sempet tanya, "kamu mau cari orang yang kayak gimana?"
Aku? Nggak tau aku harus cari orang seperti apa, hahaha.
Kalo aku cari harus yang lebih baik dari sebelumnya, nanti dikira ketinggian ekspektasinya dan berujung pilih-pilih. Kalo aku mikir karir terus, disaat karirku nanti tinggi, cowok juga jadi takut, karena ekspektasiku pasti lebih. Tapi, masalahnya adalah aku punya permasalahan sosial dengan cowok yang mana aku sendiri nggak bisa berdamai dengan pikiran cowok, dan aku masih megang prinsip hidupku yang sangat realistis. 

Aku masih nggak siap ketika nanti punya cowok, akhirnya nanti aku ada yang memperhatikan tapi malah aku nggak nyaman dengan perhatiannya dia, karena aku punya prinsip hidup sendiri, yang mungkin dia pun nggak sepemikiran sama aku. Ya, karena belum tentu semua cowok terima, karena itulah yang akan dilakukan seorang cowok ketika deketin cewek.

Sekian untuk hari ini,
Selamat istirahat semuanya :)

This is "Quarter Life Crisis"

0 komentar

Finally, aku sampai di seperempat perjalanan hidup
Tapi semuanya belum selesai. My life still must go on.

Sampai disini, aku merasa masih banyak yang harus dikejar. Yaa, I know, manusia nggak akan ada yang pernah puas sama segala pencapaiannya, termasuk aku. Apalagi sebagai anak pertama perempuan di keluarga, jujur berat dan banyak beban yang harus dipikir. Kenapa?

Di mata keluarga, mungkin aku sudah berhasil mendapatkan apa yang aku mau, walaupun emang sebelumnya sempet dianggap remeh. Lulus SMP, dapet sekolah di SMA swasta yang biasa, lulus SMA malah keterima di Universitas Swasta, semuanya bener-bener dianggap sebelah mata sama sebagian keluarga. Tapi semuanya berhasil dibuktikan perlahan.

Nggak masuk SMA Negeri, nggak bikin aku patah semangat sih. Aku masuk di SMA swasta yang biasa banget, tapi mama sama papa lihat sekolah itu punya potensi. Pas lebaran denger omongan keluarga aku sih masa bodoh banget, aku juga belum menjalani prosesnya kan waktu itu, jadi yaa biarin aja.

Sebelum mulai proses belajar mengajar, sempet ada pertemuan antara orangtua siswa sama kepala sekolah. Setelah dari pertemuan itu, mama sempet bilang, kejar apa yang kamu mau, cari kemampuanmu, kamu yang nentukan mau jadi apa nanti. Perjalanannya nggak gampang. Mama sama papa bener-bener ngelepas aku perlahan dulu, dari yang anak manja, apa-apa disediakan dan serba di protect banget, waktu SMA aku bener-bener sedikit agak bebas. 

Mama sama papa mulai percaya sih aku pengen apa. Dulu aku SMA kepengen ikut band, cuma karena jam latihannya itu malem (karena sekolahku dulu masuknya siang sampai maghrib), akhirnya mama sama papa nggak mengijinkan, dan jarak tempuh dari rumah ke sekolah juga jauh. Untungnya aku nggak stuck disitu, aku masih punya pilihan lain, di jurnalistik sama broadcasting.

Selama 3 tahun di SMA, aku mulai menemukan apa yang aku mau. Menulis yang awalnya cuma hobi, akhirnya jadi tersalurkan dengan aku ikut jurnalistik, bisa keliling kemana-mana, join event-event keren bareng orang-orang hebat, dapet ilmu yang keren banget menurutku pas itu, walaupun tugas sekolah itu selalu ada terus dan bikin stress hahaa, tapi asik dan menyenangkan.

Lulus SMA, mama sama papa tuh berusaha masukkin aku ke kampus negeri dengan jurusan teknik. Karena mama sama papa basicnya orang teknik, jadi pengennya ada anak-anaknya yang nurun. Tapi, aku nggak hahaa. Semenjak habis lulus SMA, kepengennya masuk Ilmu Komunikasi. No reason, no debat. Prinsipku, masuk ke kampus manapun pokoknya Ilmu Komunikasi. Dan dapet rejeki, karena mama dosen, dan disana jurusan Ilmu Komunikasi ada, langsung deh nyelesaikan administrasi tanpa ribet hahaha.

Lagi-lagi ketika kumpul lebaran, ditanyain lagi. Kok bisa masuk kampus swasta? Kenapa nggak negeri? Ya, belum rejeki juga gimana haha. Nggak, ding. Aku nggak terlalu mikirin harus kuliah dimana, di jurusan mana, dan aku lulus seperti apa. Nggak. Yang penting punya skill. Entah skill itu datang dari dalam atau luar jurusanku, nggak masalah. Yang penting aku bisa dulu, pede dulu sama yang udah dipunya sama diri sendiri. Alhamdulillah 2 bulan bertahan jadi mahasiswi di kampus swasta, akhirnya kampusku jadi negeri juga, yeaayyy.

Dulu kuliah punya target 2018 awal, kuliah udah harus kelar. Kuliah kayak kerja bener-bener banting tulang haha. Belajar juga nggak yang banget-banget dulu, pokoknya tugas kelar, catatan lengkap, aman semuanya. Semakin naik semesternya, aku semakin ketantang, sih. Di tiap semester ada aja praktiknya, dan serunya gak terlalu banyak kegiatan di kelas, jadi banyak keluar, bisa jalan kesana kesini, liputan sana liputan sini. 

Masuk semester akhir, di keluarga, aku cukup bersaing sengit sih sama kakak sepupuku, karena angkatan kuliahnya cuma beda setahun kali ya hahaa. Tapi kita beda mind set. Mind set-ku dulu adalah lulus kuliah, kerja, cari duit, nabung, dan karena waktu itu ada pasangan, rencananya nikah dan udah wedding plan. Nggak jadi, hahaha!

Lebaran di 2017, udah sengit tuh. Siapa nih cucunya yangti yang bakalan sold out duluan dari bangku pendidikan. Posisinya kita head-to-head tuh, sama-sama di semester akhir dan masih pada on progress semua, tapi belum ada hasil, masih pada nol. Aku aja baru kelar magang. But, finally di Maret 2018, cucu tercantik dari keluarga Nurhasan menyelesaikan pendidikannya lebih dulu, yeaayyy hahhaa. I'm winning!

Setelah jadi Sarjana, aku sempet ngerasain namanya nganggur 5 bulanan, belum dapet kerja. Masih coba-coba ngelamar sana ngelamar sini. Baru 1-2 bulan lulus, pilihan pekerjaan yang aku pilih tuh masih di zona aman, semuanya sesuai jurusan. Tapi, kalo aku pikir-pikir, nyari yang sejurusan sama aja masih betah di zona nyaman, kapan keluarnya? Akhirnya, aku ngubah mindset, kerja apapun, pokoknya sesuai skill, dan nyaman.

Juli 2018, setelah wisuda, aku ngelamar pekerjaan secara iseng-iseng dan itu kedua kalinya aku ngelamar di perusahaan yang sama. Akibat awalnya coba-coba, setelah ikut tes awal, lolos dong ke tahap berikutnya, dan langsung interview sama HRD-nya. Aku pikir setelah interview, bakalan yaudah, gitu. Eh, besoknya dapet kabar buat dateng ke tahap interview user. Dan aku masih inget banget, waktu interview user itu aku beneran kayak bocah banget hahaha. Nggak ada dewasa-dewasanya sekali karena bingung, dan interviewernya (dan setelah itu jadi store managerku), becanda terus selama interview hahaha. Tapi jujur emang boring sih, aku nungguin interview user dari jam 12 siang, baru kepanggil setengah 6 sore.

Dapet kerja mau setahun, aku mulai ada planning buat ke depan. Join dari Agustus 2018, aku memutuskan resign di Oktober 2019. Banyak banget yang aku dapet selama 1 tahun join. Aku jadi belajar gimana susahnya kerja, jadi tau orang kerja itu gimana, dan alhamdulillah di sekelilingku dapet orang-orang yang baik, dan dijauhkan dari yang suka toxic hahaha. Mulai dari manager, partner kerja di CS, temen-temen di team support semuanya alhamdulillah baik-baik dan banyak wejangan yang aku dapet (mungkin karena aku yang baru pertama kali kerja, dan di CS aku yang paling kecil sendiri hahaha). 

Lulus dari pekerjaan sebelumnya, mungkin Allah masih belum kasih aku jalan buat kerja di Ibukota dan ngelanjutin studi magister. Tapi Allah ngasih jalan yang lebih baik, kalo disuruh kerja lebih keras lagi. Desember 2019, aku ada plan liburan tahun baru nyusulin adik sepupu aku di Jakarta. Plan itu udah ada dari setelah aku resign (karena mama sama papa tau aku lagi depresi berkepanjangan waktu itu), tapi plan itu jadi berantakan karena aku keterima kerja lagi, yeaaayy. Dan posisi berangkat ke Jakarta tuh bener-bener seneng, statusnya udah gak jadi pengangguran lagi, udah punya kerjaan 😁. Tapi sayangnya, baru dateng Sabtu pagi, Minggu malem aku harus pulang sendirian ke Surabaya karena aku dapet last year training. Tahun baruan? Tetep jalan dong. Pulang kerja langsung ngejar flight ke Jakarta, tahun baruan disana. Ini first time aku liburan dan naik pesawat sendirian hahaa, tapi seneng sih. Bisa me time. Tapi disana berujung bingung, karena besoknya nggak bisa pulang. Tahun baru 2020, Jakarta kena musibah banjir, dan seluruh penerbangan dan transportasi darat tanggal 1 Januari 2020 ditutup, dan dialihkan besoknya.

Di tahun 2020, dibuka dengan aku yang baru dan pekerjaan yang baru. Semua yang baru bener-bener dimulai di 2020. Kerjaan baru, temen-temen baru, termasuk problem percintaan yang baru tapi buruk hahaha. Baru masuk ngerasain euforianya ngeladenin 700 orang dalam sehari bareng orang-orang hebat di kanan dan kiri kursiku waktu itu. Belajar cuma 2 hari, besoknya terjun liat ratusan "zombie". 

Baru 3 bulan ngerasain euforia yang rame banget, bulan April 2020 seluruh sektor perusahaan lumpuh tiba-tiba karena pandemi, termasuk kantorku. Biasanya kantor ini selalu rame banget sama ratusan orang, akhirnya tinggal jadi segelintir orang yang bisa masuk kantor. Aktivitas kegiatan di kantor pun jadi terbatas, mulai diberlakukan Work From Home (WFH) dan Work From Office (WFO) dengan jumlah kapasitas WFO 25%, 50%, sampai 80%. Dan itu terjadi sampai hari ini.

Salah satu seniorku pernah bilang, angkatanku termasuk angkatan yang beruntung. Baru masuk, dapet 3 bulan ngerasain ramenya kantor, barbarnya orang, langsung tiba-tiba dapet WFH yang mana karena kita kebanyakan pasukan, kita itu sampe bener-bener ngemis kerjaan. Ada temen dapet kerjaan banyak, kita selalu minta bagi-bagi, sharing ilmu bareng, belajar bareng. Berawal dari bagi-bagi data, mulai belajar study case satu persatu masalah administrasi. 

Hampir 2 tahun di tempat kerja yang sekarang, alhamdulillah aku dapet temen-temen yang baik lagi. Ya, walaupun sempet ada konflik (namanya pertemanan nggak ada yang mulus hahaha), mulai dari iri-irian, ketidakseimbangan sosial, cekcok karena masalah hati, tapi nggak ada yang bisa sedeket itu sama mereka. Walaupun ada masalah kita tetep baik-baik aja. Masalah yang muncul tetap masalah pekerjaan, diluar pekerjaan kita semua baik lagi.

Menginjak seperempat abad, udah banyak pencapaian yang aku dapat dan menurutku ini belum apa-apa hehe. Mungkin keluarga menganggap, udah kerja hampir 3 tahun, anak perempuan, belum nikah, pacar nggak ada, mau ngejar apa lagi? Hahahaha. Masih banyak sebenernya yang pengen aku kejar. Pengen kuliah S-2, kerja beberapa tahun pengen punya kendaraan sendiri, pengen punya rumah sendiri, pengen nikah iyaa, tapi nyari jodohnya sambil jalan haha.

Mama pernah bilang sama aku, karena keseringan lihat beberapa temen tuh udah sukses dan berkeluarga semua. Mama suka nanya, kapan nikah, dan aku selalu bilang nanti ada waktunya, walaupun kadang suka eneg kalo lihat yang uwuu (apalagi malem minggu liatnya wkwkw). Mesti mama bilang kudu ditarget. Umur sekian mau gimana, mau jadi apa, mau kemana jalannya. Malah mungkin mama sama papa sih yang lebih worried. Kalo aku sebenernya gak terlalu mikirin, kalopun sudah ada orangnya dan aku oke, ya gapapa. Tapi kalo dapetnya masih harus kerja lagi, yaa apa mau dikata haha. Yang penting udah usaha juga kan, paling ngga kalo masih disuruh kerja keras lagi, bisa belajar buat menata diri sendiri dulu buat ngehadapi orang baru.

Stay safe everyone.......

IT'S OVER!! WELCOME 2021!!

0 komentar

2020 it’s over, but it was really great!

Banyak hal hebat yang terjadi di 2020 buat aku dan banyak orang, termasuk orang-orang di sekitarku juga. Banyak perubahan yang signifikan di 2020. Hal yang nggak biasa kita lakukan jadi biasa pada akhirnya karena sebuah kondisi yang memaksa kita mau nggak mau “harus”.

Aku mau sharing perjalananku dari awal 2020 sampai detik ini yang menurutku banyak banget pelajaran yang bisa aku ambil satu tahun ini. Dulu tuh waktu cari kerja pertama kali, aku kepengen kerja yang normal, dalam arti jam kerjanya office hour dan libur di weekend dan hari libur nasional. Ternyata, nasib berkata lain aku harus kerja shifting dan weekend gak bisa libur. Jangankan weekend gak bisa libur, mau libur weekday aja gak bisa dinikmatin karena pressure di kantor lebih besar. Bawaannya kalo libur deg-degan, stress, gak bisa tenang juga. Tapi semua itu jadi pelajaran buat aku kalo kerja itu nggak selalu mulus.

Akhirnya, alhamdulillah, akhir bulan Desember 2019 aku keterima kerja lagi di BPJS Kesehatan. Seneng banget waktu itu, karena satu impianku tercapai udahan. Waktu keterima kemarin masih nggak percaya, beneran nggak sih ini hahaha. Dapet pengumumannya juga lucu, aku lagi ngurus kepesertaan BPJS Kesehatanku karena nonaktif dari tempat kerja sebelumnya. Selesai dataku diproses sama mbak-mbak frontliner (yang sekarang jadi seniorku hahaha), dapet telepon deh dari BPJS Kesehatan kalau besoknya aku disuruh kumpul buat pembekalan. Nggak dapet ucapan selamat sih, tapi bingung, ngapain ya, apa aku keterima. Dan surpriseeee, besoknya datang ke kantor ternyata aku diterima hahaha.

Nggak pernah kepikir sih, kalau aku bakal kerja lagi di bidang pelayanan. Diluar ekspektasi juga. Dulu sempet pengen masuk di media, tapi pertimbangan orangtua lain, yang pertama aku pasti jarang pulang, udah pasti banget karena kerja di media bener-bener menyita banyak waktu. Apalagi kalo udah nikah, pasti susah banget. Dan sekarang aku ngerasain dampaknya media di pekerjaanku sih hahaha. Stress sendiri kadang karena orang lebih percaya media daripada sumber aslinya sendiri hahaha, tapi yaudahlah itu pilihan orang. Sempet kepengen lanjut studi juga terus ngelamar jadi dosen kayak mama, tapi kuliah lagi juga butuh biaya yang nggak sedikit hahaha.

Tapi pekerjaanku kali ini agak berbeda dari sebelumnya. Sebenernya secara basic sama, beberapa ilmu yang udah aku dapet di pekerjaan sebelumnya, aku bawa dan aku terapkan lagi di pekerjaan sekarang. Apa yang baik aku bawa aku jadiin satu kebiasaan baru disini. Perbedaannya disini nggak bisa seluwes waktu di kerjaan sebelumnya sih haha. Gerak gerik tubuh kita diawasi dan semuanya dinilai, mulai dari sikap duduk sampai sikap kita ngomong sama peserta. Tingkat keluwesannya beda sih, kalo di sebelumnya bisa lebih semi formal, kalo yang sekarang bener-bener formal.

Selain habit yang beda, disini aku ketemu sama 8 orang lucu nan unik hahaha. Ketemu pertama kali sama mereka itu pada diem-diem semua kita. Dan baru bener-bener cair waktu hari pertama training di penghujung tahun 2019, karena tuker-tukeran ilmu buat persiapan awal tahun kita terjun langsung di lapangan. Seiring berjalannya waktu, kita jadi makin nyambung dan mulai ngerasain suka duka bareng-bareng selama hampir 1 bulan kerja bareng.

Cekcok sama senior sebenernya nggak ada, tapi kita ngerasain hal janggal bersama-sama yang bikin kita semua saling rumpik tiap kantor tutup dan orang-orang udah pada balik semua. Kita curhat, ngeluarin unek-unek tiap orang, sampai akhirnya terbentuklah grup Indomie Seleraku hahaha. Grup itu dibuat nggak cuma buat sambat dan ngeluarin unek-unek aja sih, tapi alhamdulillah bermanfaat buat dipake kerja juga dan sharing ilmu baru disitu.

Satu tahun sama mereka semua, aku serasa kayak punya keluarga baru. Dan jujur aku nggak pernah ngerasa sedeket itu sama rekan kerja dengan jumlah sebanyak ini. Kalo ada satu yang sambat, sambatan itu jadi masalah kita bersama hahaha. Semuanya langsung muncul ikut berpartisipasi dalam sambatan. Grup ini terdiri dari 9 orang, ada 7 orang cewek (6 cewek dari frontliner, 1 cewek dari telecollecting) dan 2 orang cowok dari frontliner. Tapi cowok-cowok ini nggak pernah sungkan dan nggak ada sungkan-sungkannya buat ikutan rumpik sama kita hahaha. Terbaik emang mereka-mereka ini hahaha.


2020 banyak banget kejadian yang udah terjadi, apalagi semenjak pandemi gini. Sebuah kebiasaan baru mau nggak mau bikin kita harus ngelakuin ini demi bertahan hidup. Kemana-mana pake masker, cuci tangan, bawa hand sanitizer. Dan 2020, ngajarin aku banyak hal hebat di masa pandemi gini. Aku terkonfirmasi positif cukup jadi pelajaran sih buat aku. Mungkin aku yang kurang hati-hati atau masih belum taat protokol kesehatan dengan benar. Setelah sembuh, aku bener-bener aware banget sekarang. Walaupun masih bandel keluar ngemall, tapi nggak lupa sama protokol kesehatan dan tas aku jadi ada barang tambahan yang wajib buat dibawa.

Sedihnya banget sih waktu terkonfirmasi, nggak bisa ketemu keluarga, ketemu temen-temen nggak bisa, kerjaan jadi terbatas. Dan aku jadi agak takut sekarang kalo ketemu kerumunan orang. Takutnya itu kayak mikir, orang-orang ini sehat gak ya, imunnya bagus gak ya, mengingat aku terkonfirmasi positif tanpa gejala apapun.

Tapi apapun itu, di tahun yang baru ini semoga keadaan kita semua bisa jadi lebih baik. Banyak hikmah yang bisa kita ambil di tahun 2020 dan bisa dijadikan pelajaran di tahun 2021, supaya bisa jadi lebih baik lagi. Happy new year gaiisss. Semoga pandemi ini segera berakhir, orang-orang dapat beraktivitas dengan normal lagi, dan sehat kembali semuanya.

Happy new year, happy holiday, happy new everything and stay safe!!

 
Vita_AnggrahiniVita © 2012 | Designed by Meingames and Bubble shooter